http://government.cornell.edu
Bagi yang belum tahu, Thomas Pepinsky adalah seorang Profesor sekaligus menjadi Dosen Program Asia Tenggara di Cornell University. Dalam studinya, ia mempelajari politik komparatif dan ekonomi politik, dengan fokus pada ekonomi pasar negara berkembang di Asia Tenggara. Riwayat sekolahnya paling terakhir adalah sudah menerima gelar Ph.D. dalam ilmu politik dari Yale University pada bulan Mei 2007 lalu, dan saat ini tengah bergabung dengan fakultas Cornell sejak di tahun 2008.
Dalam pidato Anies, ia menilai Anies menunjukkan dukungan terhadap kaum intoleran dan menyesalkan pernyataan yang disampaikan pada saat yang sedianya menjadi momentum bagi gubernur baru untuk merangkul semua pihak pasca pertarungan sengit Pilkada Jakarta April lalu. Menariknya, di dalam opininya yang dipublikasi di laman newmandala.org, 17/10/2017 menjelaskan ada 3 kajian penting di dalam pidato tersebut.
[http://www.newmandala.org/jakartas-new-governor-doubles-identity/
Yang pertama, Anies kembali mempersoalkan warisan kolonial hampir setelah 70 puluh tahun Indonesia merdeka. Anies mampu menyusun pesan politik yang kuat untuk menyerukan kepada pendukungnya mengenai dampak sosial ekonomis dari kolonialisme, pada titik ini, dia atau siapa pun yang menyusun pidatonya, memang benar percaya bahwa pesan ini masih bergema, dan menurut pandangan saya, ia benar," kata Pepinsky.
Yang Kedua, konteks kolonialisme dalam pidato itu tidak cocok diutarakan Anies yang menjadi gubernur. Menurutnya, pidato seperti itu cocok kalau diutarakan seorang presiden. "Pidato ini seperti layaknya seorang calon yang menyiapkan diri untuk pemilihan presiden 2019 dan menempatkan Jakarta sebagai pusat politik dan menempatkan dirinya sendiri sebagai politisi nasional". Indikasi itu diperkuat dengan banyaknya kutipan-kutipan bahasa daerah seperti Aceh, Batak, Banjar, Madura, Minahasa, Minang, dalam pidato Anies. Melalui kutipan-kutipan memakai bahasa daerah itu, dia memberikan pesan bukan hanya pada pendukungnya di Jakarta, tapi di seluruh Indonesia yang seakan-akan 'saya juga berbicara kepada Anda'," tulis Pepinsky.
Yang Ketiga, Setiap orang Indonesia yang mendengar pidato ini akan mengerti bahwa penggunaan diksi targetnya adalah etnis Cina Indonesia. Secara khusus, pidato ini mengaitkan etnis Cina Indonesia dengan masa lama kolonial dan peninggalannya dalam politik sehari-hari, Dengan penggunaan diksi mengacu pada keturunan pendatang asing: Cina, Arab, India, Eropa dan yang lainnya.
"Anies tampaknya lupa bahwa ia sendiri adalah keturunan Hadrami. Atau mungkin, ia tidak lupa sama sekali namun ia tahu bahwa elite kaya Arab Indonesia tidak pernah mengalami diskriminasi seperti yang dihadapi etnik Cina Indonesia di kota-kota seperti Jakarta," tulis Pepinsky.