Tallinn, ibu kota Estonia (Unsplash.com/Jacques Bopp)
Memasuki tahun 1700-an, Rusia yang dulu disingkirkan Swedia kembali lagi mencoba menguasai Estonia. Dalam sebuah perang besar yang terus dilakukan, Swedia berhasil dipukul mundur.
Keturunan para bangsawa Jerman lokal, yang telah berada di Estonia selama ratusan tahun, diakui oleh Rusia dan memiliki hak istimewa, meski hanya sebagian kecil dari populasi. Memasuki tahun 1800-an, para petani Estonia yang merasa tertindas mulai melancarkan pemberontakan, kutip Country Studies.
Memasuki tahun 1850-an, budaya Estonia juga bangkit dan melawan Russifikasi dari Tsar Rusia di tanah mereka. Bahkan pemberontakan besar terjadi pada tahun 1905 di mana Estonia menuntut otonomi.
Terjadinya Perang Dunia I yang mempertandingkan kekuatan Rusia-Jerman juga membuat Estonia terdampak. Ketika perang memicu runtuhnya Kekaisaran Rusia, Estonia yang berhasil dikuasai Jerman akhirnya mendeklarasikan kemerdekaan pada 24 Februari 1918.
Sampai Perang Dunia II, Estonia adalah negara yang merdeka. Tapi pada 6 Agustus 1940, Soviet melancarkan serangan yang membuat negara itu diduduki. Namun ketika Jerman menginvasi Soviet, secara bertahap Estonia berhasil dikuasai pasukan Nazi.
Kekalahan Nazi Jerman membuat Estonia kembali lagi dikuasai Soviet dan terus bertahan sampai keruntuhannya di tahun 1991. Selama era Soviet, menurut University of Central Arkansas, beberapa pemberontakan terjadi yang menyebabkan puluhan ribu orang Estonia tewas.
Estonia mendeklarasikan kemerdekaan dari Soviet pada 20 Agustus 1991. Islandia, Masyarakat Eropa, dan Amerika Serikat kemudian memberikan bantuan diplomatik. Pada 6 September 1991, Soviet menerima kemerdekaan Estonia.