Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berpidato saat pertemuan di Tehran, Iran, pada 1 Januari 2020. ANTARA FOTO/Official Khamenei website/Handout via REUTERS
Mantan agen FBI yang kini menjadi analis keamanan nasional, Ali Soufan, menulis dalam bukunya bahwa Soleimani memulai karirnya sesaat setelah Revolusi 1979 berlangsung. Ia turut membentuk karakter Iran yang berdasarkan ajaran Islam dan nasionalisme.
"Lebih dari siapa pun, Soleimani bertanggung jawab atas terbentuknya pusat pengaruh--yang Iran sebut sebagai 'Poros Perlawanan'--tersebar mulai dari Teluk Oman, melalui Irak, Suriah dan Lebanon, sampai ke pinggiran Laut Mediterania," tulis Soufan, seperti dikutip Washington Post.
Peran IGRC dalam menetapkan pengaruh Iran di Timur Tengah sangat masif. Ini tak lepas dari kemampuan Soleimani dalam mengonsolidasikan kekuatan internal maupun eksternal. Misalnya, tanpa dia, Hezbollah di Lebanon diyakini takkan mungkin terbentuk, apalagi sampai memperluas pengaruhnya di kawasan.
Amerika Serikat percaya Soleimani berada di balik sejumlah serangan oleh milisi Syiah Irak terhadap militer Negeri Paman Sam di negara itu. Terakhir, pada 31 Desember malam, mereka menyerbu Kedutaan Besar Amerika Serikat di Baghdad. Trump pun menulis lewat Twitter bahwa Iran harus "bertanggung jawab penuh" atas insiden itu.