Gerakan protes atas kenaikan sewa asrama, apartemen dan kos di Istanbul oleh para mahasiswa, awalnya hanya dilakukan oleh segelintir orang saja. Namun gerakan itu kemudian meluas tidak hanya di Istanbul tapi di banyak kota di Turki, termasuk ibu kota Ankara.
Beberapa mahsiswa yang datang dari provinsi yang jauh untuk kembali mengikuti kuliah tatap muka bulan depan, menghadapi kenyataan bahwa sewa tempat tinggal mereka telah naik.
Menurut Hurriyet Daily News, seorang mahasiwa Universitas Teknik Istanbul bernama Mert Sarkaya, ia datang dari provinsi Aegean bersama saudaranya untuk kembali berencana mengikuti kegiatan belajar.
Namun dia mengaku sulit untuk mendapatkan akomodasi dengan biaya terjangkau karena terjadi lonjakan harga.
"Seseorang harus memikirkan untuk menghabiskan setidaknya 3.500 lira Turki (Rp5,6 juta) sebulan sebagai sewa. Rumah susun di bawah harga itu tidak berjendela, berlantai rendah, atau kotor," kata Sarkaya.
Pengakuan lain disampaikan oleh seorang mahasiwa seni rupa dari Mimar Sinan Fine Arts University. Nama mahasiswa tersebut adalah Kardelen Sahin.
Dalam penuturannya, Sahin mengatakan "saya tidak dapat menemukan asrama, dan harga sewa rumah meningkat menjadi 3.000 lira (Rp4,8 juta). Tetapi tuan tanah menginginkan 4.000 lira (Rp6,4 juta) untuk apartemen yang sama jika Anda seorang pelajar."
Beberapa siswa berkumpul di taman, tidur di bangku setiap malam sambil berkemah dan membentangkan spanduk bertuliskan "Saya tidak dapat tempat tinggal."