Melansir dari Al Jazeera, protes telah berlangsung sejak anjloknya nilai mata uang pound Lebanon yang turun menjadi 10.000 per dolar AS atau setara dengan Rp14 ribu. Nilai mata uang Lebanon telah berkurang nilainya sebanyak 85 persen pada Selasa pekan lalu. Hal tersebut telah menjadi masalah serius bagi Lebanon yang telah menghadapi harga barang konsumsi naik hampir tiga kali lipat sejak krisis meletus.
Para pengunjuk rasa telah memblokir jalan di Lebanon. Tiga jalan utama menuju selatan ke ibu kota Beirut dari Zouk, Jal al-Dib dan al-Dawra diblokir pada Senin, sementara di Beirut sendiri, pengunjuk rasa sempat memblokir jalan di depan bank sentral.
Pascale Nohra, seorang pengunjuk rasa di Jal al-Dib, menyampaikan bahwa, “kami telah mengatakan beberapa kali bahwa akan ada peningkatan karena negara tidak melakukan apa-apa."
Sementara di Tyre, seorang pria mencoba membakar dirinya dengan menuangkan bensin ke tubuhnya, untuknya petugas keamanan menghentikannya tepat waktu.
Krisis keuangan Lebanon, yang meletus pada 2019, telah mendorong hampir setengah dari enam juta penduduk ke dalam kemiskinan, menyapu bersih pekerjaan dan tabungan, serta memangkas daya beli konsumen.