Australia melarang penerbangan dari India. Ilustrasi (Wikipedia.org/Gergely Topos)
Saat ini, ada sekitar 9.000 warga Australia yang berada di India. Lebih dari 500 orang masuk dalam daftar "rentan." Keputusan pemerintah Australia itu membuat warganya yang berada di India menghadapi nasib "dicampakkan" oleh pemerintah.
Menurut BBC, sejak varian Inggris terdeteksi di Australia, sitem karantina negara itu semakin diuji. Pemerintah Australia lebih memilih membatasi atau membatalkan jadwal penerbangan daripada memperluas sistem karantina yang biasanya dilakukan di hotel-hotel.
Banyak warga Australia yang berada di luar negeri ingin pulang. Tapi dengan dibatasinya jadwal penerbangan dan naiknya tiket pesawat membuat orang-orang harus mengantre dengan biaya meningkat berkali lipat.
Sistem karantina, meski cukup efektif tapi tidak menutup kemungkinan tetap terjadi kebocoran. Dalam enam bulan terakhir, Australia telah melihat 16 pelanggaran sistem karantina hotel dan lebih banyak infeksi yang masuk menulari pekerja hotel.
Tindakan pemerintah Australia yang akan mengkriminalisasi warganya yang berada di India ketika ingin pulang, mendapatkan serangan kritik dan luapan kemarahan. Pemerintah Australia dianggap telah melanggar hak asasi manusia.
Ada tuntutan agar sistem fasilitas karantina. Meski begitu, pemerintah federal juga harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk meningkatkan fasilitas tersebut.
Melansir dari kantor berita Reuters, Neela Janakiramanan, seorang ahli bedah Australia dengan keluarga di India mengatakan "orang India-Australia melihat ini sebagai kebijakan rasis karena kami diperlakukan berbeda dari orang-orang dari negara lain yang pernah mengalami gelombang infeksi serupa seperti AS, Inggris, dan Eropa."