Atas penayangan wawancara ABC News dengan Joe Biden yang tayang pada hari Rabu (17/3), reaksi kemarahan segera mengalir dari para pejabat Rusia. Kementrian Luar Negeri Rusia menarik Dubes untuk Washington dan sekutu Kremlin menilai pernyataan Biden tidak dapat diterima.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga segera menanggapi tuduhan yang diberikan Joe Biden kepadanya. Melansir dari laman The Moscow Times, pada hari Kamis (18/3), Putin meminta Presiden AS Joe Biden untuk mengadakan pembicaraan virtual setelah pemimpin Amerika itu menggambarkannya sebagai "pembunuh."
Putin mengundang Biden untuk mengadakan diskusi "siaran langsung" atau "online" secara terbuka. "Saya ingin mengundang Presiden Biden untuk melanjutkan diskusi kami, tetapi dengan syarat kami akan melakukan siaran langsung ini, tanpa penundaan apapun dan langsung dalam diskusi terbuka dan online," kata Putin dan menilai bahwa diskusi tersebut akan menarik bagi rakyat Rusia dan AS.
Undangan Presiden Rusia Vladimir Putin itu tampaknya menjadi tantangan bagi Biden untuk berdebat dan membahas permasalahan yang dituduhkan Presiden AS kepadanya. Putin juga membalas balik tuduhan tersebut kepada Biden.
Melansir dari kantor berita Reuters, Putin menyatakan “saya ingat di masa kecil saya, ketika kami bertengkar di halaman satu sama lain, kami biasa berkata: dia yang mengatakannya, dia yang melakukannya. Dan itu bukan kebetulan, bukan hanya ucapan atau lelucon anak-anak. Makna psikologis di sini sangat dalam."
Presiden Rusia itu juga memberikan kritiknya kepada sejarah masa lalu Amerika Serikat yang telah membantai penduduk asli dan penggunaan bom atomnya. Menurut Putin, warisan masa lalu telah membuat beban tersendiri bagi AS.
Melansir dari laman ABC News, Putin berujar “kalau tidak, dari mana asal gerakan Black Lives Matter ,” katanya merujuk guncangan besar AS pada tahun 2020 lalu tentang gerakan penentangan rasialisme.