Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu faksi Palestina mengenai kesepakatan Israel dan Uni Emirat Arab untuk normalisasi hubungan, di Ramallah, Tepi Barat, pada 3 September 2020. ANTARA FOTO/Alaa Badarneh/Pool via REUTERS
Pengkhianatan yang dirasakan Palestina salah satunya dilandasi dari posisi Israel yang tidak menarik rencana aneksasi. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, di tengah negosiasi normalisasi dengan Uni Emirat Arab bahwa pihaknya masih berniat mewujudkan keinginan itu.
Dalam sebuah wawancara dengan media Israel Hayom, Netanyahu mengklaim ia tak sedang menipu siapa pun, sebab pemerintahnya memang tak berniat membatalkan rencana aneksasi. Ia mengatakan saat ini yang terjadi hanyalah penundaan. Israel berniat mencaplok sebesar 30 persen kawasan Tepi Barat dan mendirikan permukiman Yahudi di atasnya.
"Saya bekerja selama tiga tahun dan tak melepaskan kedaulatan," kata Netanyahu.
"Saya memasukkannya ke dalam rencana perdamaian Presiden Trump yang menyebut Israel akan mendapatkan 30 persen teritori di Yudea dan Samaria (Tepi Barat) tanpa mencabut akar permukiman mana pun dan tanpa hengkang dari area yang dibutuhkan untuk keamanan Israel."
"Ini adalah rencana Amerika Serikat. Tidak ada yang berubah," tegasnya.