Seorang pria memakai masker saat berjalan melewati grafiti di tengah meluasnya penularan virus corona di Bangkok, Thailand, pada 26 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva
Di tengah pandemik, keputusan Raja Vajiralongkorn untuk mengisolasi diri di hotel mewah bersama para perempuan dianggap sebagai tindak pengkhianatan oleh netizen Thailand. Dalam suatu momen langka, mereka menggunakan tagar dalam Bahasa Thailand yang ketika diterjemahkan menjadi #mengapakitabutuhraja untuk memprotes keputusan itu.
Pada Minggu (22/3), saat pertama kali Raja Vajiralongkorn diketahui tidak berada di Thailand, tagar itu digunakan lebih dari 1,2 juta kali dalam kurun waktu 24 jam. Salah satu yang vokal memprotes kerajaan adalah Somsak Jeamteerasakul, aktivis Thailand yang mengasingkan diri di Prancis.
Ia mengklaim Raja Vajiralongkorn terbang dari Swiss ke sejumlah titik di Jerman sejak awal Maret karena merasa bosan. Juru bicara pemerintah, Narumon Pinyosinwat, mengatakan pihaknya masih memonitor situasi ini dan belum akan mengambil langkah apa pun.
Di Thailand, perilaku atau perkataan yang dianggap menghina Sang Raja adalah sesuatu yang ilegal. Seseorang bisa diancam hukuman penjara hingga 15 tahun jika terbukti melakukannya.