Ilustrasi kapal (pixabay.com/Gerd Altmann)
UNHCR mengatakan, 2022 menjadi salah satu tahun paling mematikan bagi perjalanan laut. Hal itu didasari oleh banyaknya pengungsi Rohingya yang melarikan diri selama hampir satu dekade dari kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak.
Lebih lanjut, kelompok hak asasi manusia itu mengatakan, satu kapal yang mengangkut 180 orang diyakini telah tenggelam. Insiden itu terjadi pada awal Desember dan semua penumpang diduga tewas.
Sebagai informasi, Rohingya merupakan etnis yang tertindas oleh pemerintah Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.
Banyak Rohingya yang melarikan diri ke negara-negara tetangga seperti Thailand dan Bangladesh. Mereka juga mendarat ke Malaysia dan Indonesia, ketika gelombang laut relatif tenang antara bulan November dan April.
Hampir 1 juta orang hidup dalam kondisi penuh sesak di Bangladesh, termasuk ratusan ribu pengungsi yang melarikan diri dari penindasan mematikan oleh Junta militer Myanmar pada 2017.
Menurut laporan kelompok-kelompok HAM, pengungsi yang meninggalkan kamp semakin meningkat, yakni dari 500 orang pada tahun lalu menjadi sekitar 2.400 pada 2022.
Tidak jelas apa faktor meningkatkan eksodus. Namun, beberapa aktivis percaya bahwa pencabutan pembatasan COVID-19 di sekitar Asia Tenggara jadi alasan utama Rohingya untuk menyebrang.