Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi warga memegang bendera Kuba (unsplash.com/Ricardo IV Tamayo)
ilustrasi warga memegang bendera Kuba (unsplash.com/Ricardo IV Tamayo)

Jakarta, IDN Times - Ratusan warga Kuba menggelar demonstrasi di kota Santiago pada Minggu (17/3/2024), untuk memprotes pemadaman listrik berkepanjangan dan kekurangan pangan di seluruh negeri.

Dalam video yang dibagikan di media sosial, para demonstran turun ke jalan sambil meneriakkan slogan “listrik dan makanan". Santiago terletak sekitar 800 kilometer dari ibu kota, Havana. 

Polisi juga hadir di lokasi untuk mengendalikan situasi, namun tidak ada laporan penangkapan atau kekerasan selama protes tersebut.

Sejak pandemik COVID-19, Kuba telah terjerumus ke dalam krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gelombang pemadaman listrik yang berlangsung hingga delapan jam per hari semakin menambah frustrasi di tengah meluasnya kekurangan pangan dan inflasi. Situasi ini telah mendorong ratusan ribu orang bermigrasi, banyak di antaranya menuju Amerika Serikat (AS).

1. Layanan internet dimatikan

Dilansir Associated Press, seseorang yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa layanan internet di Santiago dimatikan setelah demonstrasi. Beberapa pengguna media sosial juga melaporkan pemadaman internet di kota tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, internet telah menjadi alat penting di Kuba untuk memfasilitasi dan mendistribusikan berita mengenai protes terhadap pemerintah, namun di sisi lain juga disalahgunakan untuk menyebarkan informasi palsu.

Internet masif digunakan selama demonstrasi massal pada 2021 yang mengakibatkan penangkapan beberapa demonstran dan pemadaman internet massal. Protes tersebut juga dipicu oleh pemadaman listrik dan kekurangan pangan.

Menurut laporan El Necio, Beatriz Jhonson Urrutia, sekretaris Partai Komunis Kuba di Santiago, menghadiri protes tersebut untuk berdialog dengan masyarakat dan mendengarkan keluhan mereka. Ia mengatakan bahwa para pengunjuk rasa bersikap sopan dan bersedia mendengarkan penjelasan pemerintah soal krisis pangan dan listrik.

2. Presiden Kuba tuding AS menghasut protes di Kuba

Pada malam harinya, Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel menuduh teroris dari AS berusaha mengobarkan pemberontakan lebih lanjut.

“Beberapa orang menyatakan ketidakpuasannya terhadap situasi layanan listrik dan distribusi makanan. Disposisi penguasa Partai, Negara dan Pemerintah adalah memperhatikan pengaduan rakyat kita, mendengarkan, berdialog, menjelaskan berbagai upaya yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan, selalu dalam suasana tenteram dan damai," kata Diaz-Canel dalam sebuah postingan di X. 

“Konteks ini akan dimanfaatkan oleh musuh-musuh Revolusi, untuk tujuan destabilisasi," tambahnya. 

3. AS desak pemerintah Kuba hormati protes tersebut

Dalam sebuah unggahan di Facebook, Kedutaan Besar AS di Havana mendesak pemerintah Kuba untuk menghormati protes tersebut.

“Kami mengetahui laporan protes damai di Santiago, Bayamo, Granma dan tempat lain di Kuba. Kami mendesak pemerintah Kuba untuk menghormati hak asasi para pengunjuk rasa dan memenuhi kebutuhan sah rakyat Kuba," katanya.

Komentar tersebut dikecam oleh Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez. Ia menyalahkan krisis ekonomi di Kuba disebabkan oleh embargo dan sanksi perdagangan AS yang sudah berlangsung lama.

“Pemerintah AS, khususnya kedutaan besarnya di Kuba, harus menahan diri untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negaranya dan menghasut kekacauan sosial,” tulis Rodriguez di X.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah