Warga mengantre untuk tes sam nukleat di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada 16 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song
Lockdown di Wuhan sendiri disebut sebagai yang paling ekstrem di dunia, tidak hanya dari durasi, tapi juga langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk memastikan warga di sana mematuhi peraturan. Misalnya, pemerintah menggabungkan patroli keamanan dengan perangkat surveilans seperti aplikasi handphone sampai CCTV yang terletak di berbagai sudut.
Sedangkan ada pihak yang menuduh Tiongkok menyembunyikan jumlah kasus yang sebenarnya. Misalnya, pada awal April lalu beredar luas laporan rahasia komunitas intelijen Amerika Serikat kepada Gedung Putih yang berisi tudingan total kasus yang dibuka Tiongkok ke publik berada di bawah angka sesungguhnya.
Dr. Zhong Nanshan, penasihat COVID-19 pemerintah Tiongkok, mengungkap kepada CNN pada akhir pekan kemarin bahwa otoritas Wuhan awalnya menutupi informasi kunci soal seriusnya penyebaran virus corona. "Otoritas lokal, mereka tak suka mengatakan kejujuran saat itu," tutur Zhong.
"Awalnya mereka diam, dan lalu saya katakan mungkin kita punya angka (yang lebih besar) orang-orang yang terinfeksi," imbuhnya
Tetapi, Zhong kemudian membantah tuduhan Amerika Serikat itu. Ia menyebut setelah tanggal 23 Januari, ketika pemerintah pusat mengambil alih komando secara keseluruhan, semua data (yang dilaporkan) adalah benar.