RI Coba Jajaki Kerja Sama Vaksin COVID-19 dengan Amerika Serikat

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Indonesia tengah menjajaki kemungkinan kerja sama produksi vaksin COVID-19 dengan Amerika Serikat. Hal itu terungkap ketika Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menghubungi Menlu AS Mike Pompeo melalui telepon pada Senin, 3 Agustus 2020.
"Senang bisa mengontak Menlu Pompeo. Saya membahas dua isu, pertama kemungkinan kerja sama mengenai produksi vaksin dan kerja sama lainnya di sektor kesehatan. Lalu, upaya memperkuat perdagangan dan investasi," cuit Menlu perempuan pertama di Indonesia itu melalui akun @Menlu_RI.
Sebelumnya, Negeri Paman Sam juga sudah memberikan bantuan berupa 1.000 ventilator kepada Indonesia yang diberikan secara bertahap. Pada Selasa, 28 Juli 2020, Kementerian Kesehatan resmi menerima secara simbolis 100 ventilator buatan Vyaire Medical.
Sementara, berdasarkan informasi dari Kepala Biro Strategis Dukungan Pimpinan (BDSP) Kemenlu, Achmad Rizal, perusahaan farmasi yang diajak untuk bekerja sama adalah yang telah berhasil memproduksi vaksin COVID-19 dan kini berada di tahap uji klinis.
"Ada beberapa vaksin yang sedang di tahap klinis di AS. Di mana kedua pemerintah bisa mendorong kerja sama B to B (antar perusahaan) untuk eksplor kerja sama," ungkap Rizal kepada IDN Times melalui pesan pendek, hari ini.
1. Vaksin buatan perusahaan farmasi AS Moderna tengah uji klinis ke 30 ribu sukarelawan
Stasiun berita CNN pada Selasa 28 Juli 2020 melaporkan salah satu vaksin buatan perusahaan farmasi AS yang sudah memasuki fase ketiga atau uji klinis yakni yang diproduksi oleh Moderna. Perusahaan itu bermitra dengan Pusat Penelitian Vaksin di Institut Kesehatan Nasional untuk Penyakit Menular.
Fase uji klinis diharapkan sudah mulai dilakukan pada awal Agustus 2020. Pada tahapan itu, vaksin akan diuji ke 30 ribu sukarelawan dan akan diuji apakah vaksin itu benar-benar melindungi warga dari virus corona.
Vaksin menggunakan RNA duta (messenger RNA), sebuah molekul yang digunakan oleh sel-sel untuk membentuk protein. Hasil awal dari fase pertama vaksin itu telah diterbitkan di jurnal kedokteran yaitu New England Journal of Medicine pada pertengahan Juli lalu.
Hasil kajian di jurnal tersebut menunjukkan bila vaksin diberikan pada tiga dosis berbeda maka akan memicu imunitas individu yang menerimanya. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin tinggi pula respons imunitasnya.