Haiti telah mengalami pukulan bertubi-tubi, baik itu di sektor politik atau ekonomi. Gempa bumi yang menghancurkan telah membuat ribuan orang kesulitan. Kekacauan politik pascapembunuhan Presiden Jovenel Moise juga masih membuat pemerintahan goyah.
Selain itu, ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh geng kriminal telah menjadi salah satu kekhawatiran, baik itu penduduk atau para pekerja.
Dengan situasi yang parah itu, secara ekonomi, inflasi di Haiti juga mengalami kenaikan tajam. Pemerintah telah mencoba untuk menyelesaikan permasalah tersebut.
Demonstrasi para pekerja pabrik garmen tidak hanya terjadi kali ini, melainkan telah berjalan selama berminggu-minggu. Dilansir Associated Press, pada awal Februari para pekerja telah turun ke jalan untuk melakukan protes.
Similien Luckgelson, salah satu pekerja yang ikut dalam demonstrasi, mengatakan bahwa orang miskin tidak akan bisa berbuat apa-apa dengan gaji yang menyedihkan.
Para demonstran menggunakan ban dan membakarnya untuk memblokir jalan-jalan utama. Polisi diturunkan untuk membubarkan massa dan bahkan sempat menembakkan gas air mata.
Pekerja pabrik lainnya, Telemark Pierre, mengatakan bahwa para pekerja menghabiskan 200 gourde (2 dolar) atau Rp28 ribu untuk transportasi saja, sehingga gaji mereka tidak cukup untuk menutupi biaya kebutuhan dasar.