Melansir dari The Wall Street Journal, adanya demonstrasi ini dilatarbelakangi serbuan polisi ke gedung pusat partai United National Movement yang merupakan partai oposisi terbesar di Georgia. Sekelompok polisi tersebut merangsek masuk ke gedung yang dijaga simpatisan partai dan menangkap pemimpin partai UNM, Nika Melia beserta 20 anggota partai lainnya.
Penangkapan Nika Melia ini lantaran ia dituding sebagai penggerak demonstrasi dan kerusuhan di Tbilisi pada Juni 2019 saat kunjungan pimpinan partai Komunis Rusia, Sergey Gavrilov. Namun ia sebelumnya sudah dibebaskan dengan jaminan, tetapi ia melanggar aturan dengan melepas monitor di pergelangan kakinya. Bahkan ia kembali menolak jaminan berupa denda sebesar 40 ribu lari atau 12.000 dolar AS, dikutip dari RT.
Selama ini Melia telah menolak menerima hasil pemilu parlementer yang dimenangkan partai Georgian Dream dengan suara 48 persen. Bahkan koalisi oposisi termasuk partai UNM melakukan boikot kloter kedua pemilu parlementer, meskipun menurut pengamat internasional menyebut pemilu berjalan dengan bebas dan adil.