Dilaporkan dari Africa News, protes yang dilakukan warga Ghana lantaran pemerintah tengah meluncurkan pajak baru dan menaikkan harga maksimum yang berdampak pada naiknya harga kebutuhan pokok dan sejumlah pelayanan. Pasalnya negara Afrika Barat itu tengah dilanda krisis ekonomi akibat pandemik COVID-19.
Salah satu pemrotes bernama Fatima Mensah (35) mengatakan, "Apabila pemerintah tidak merubah negara ini, kami ingin mengatakan pada mereka bahwa kami bisa menghancurkan karir mereka karena kami yang memberikan kekuatan pada mereka."
Selain itu terdapat pemrotes yang mengritik proyek Afuko-Addo untuk membangun katedral nasional baru dengan biaya 200 juta dolar AS atau Rp2,8 triliun. Bahkan janji itu dibuat setelah ia menang pemilu tahun 2016 lalu. Namun kini presiden justru meminta dana sukarela sebesar 16 dolar AS atau Rp230 ribu untuk menyelesaikan pembangunan pada 2024.
Padahal Ghana selama ini diapresiasi sebagai salah satu negara Afrika Barat yang memiliki demokrasi paling stabil dan jauh dari permasalahan terorisme jihadis serta konflik politik. Namun hasil pemilu yang ketat pada akhir tahun lalu membuat tensi politik di Ghana tengah memanas.