Ribuan Warga Myanmar Melarikan Diri ke Perbatasan Thailand

Kayin, IDN Times - Kudeta Myanmar yang dilakukan oleh junta militer pada 1 Februari hingga saat ini masih terus dibayangi protes sipil. Ribuan warga Myanmar pro-demokrasi dan pro-Aung San Suu Kyi terus melakukan demonstrasi menentang aksi kudeta yang dilakukan oleh Tatmadaw.
Namun pihak militer memberikan perlawanan keras dan berlebihan. Sampai saat ini sudah ada lebih dari 210 warga Myanmar yang tewas karena protes tersebut. Di lain sisi, banyak juga personel keamanan Myanmar yang melarikan diri ke India dan ke perbatasan Thailand. Mereka tidak mau menuruti perintah atasan untuk menembaki demonstran.
Beberapa waktu lalu, santer terdengar kabar ratusan personel polisi Myanmar yang melarikan diri dan menyeberang ke India. Kini terdapat kabar ratusan personel militer Myanmar melarikan diri ke perbatasan Myanmar-Thailand di wilayah negara bagian Kayin.
1. Ribuan warga Myanmar yang melarikan diri termasuk polisi dan militer
India telah menjadi salah satu daerah tujuan orang Myanmar yang melarikan diri. Negara bagian India yakni Mizoram, berbatasan langsung dengan Myanmar dan menjadi salah satu wilayah yang telah menampung ratusan pengungsi warga Myanmar.
Kini, salah satu perbatasan Myanmar lainnya di wilayah timur negara tersebut juga mulai mendapati aliran para pengungsi. Melansir dari laman Deutsche Welle, ratusan personel militer Myanmar melarikan diri dan mencari perlindungan ke perbatasan Myanmar-Thailand.
Hal itu diketahui karena penjelasan dari perwakilan Serikat Nasional Karen (KNU), salah satu sayap militer yang telah selama puluhan tahun berkonflik dengan pemerintah pusat Myanmar.
Padoh Saw Taw Nee yang menjabat sebagai kepala departemen luar negeri KNU mengaku telah menyediakan makanan dan tempat tinggal bagi warga Myanmar yang melarikan diri. “Kebanyakan dari mereka adalah anak muda. Ada beberapa dokter, yang lainnya adalah jurnalis, pengacara, anggota parlemen, dan juga orang-orang yang telah meninggalkan polisi dan militer."
Menurut keterangan dari KNU, mereka telah mendirikan kamp sementara yang menampung sekitar 2.000 warga Myanmar yang melarikan diri.
Padoh Saw Taw Nee juga mengatakan "kami akan melancarkan negosiasi dan bertemu dengan pihak berwenang Thailand, Badan Pengungsi PBB dan ICRC karena KNU tidak akan mampu mengatasi sendiri untuk waktu yang lama."