Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Peru (pixabay.com/LoggaWiggler)
Bendera Peru (pixabay.com/LoggaWiggler)

Jakarta, IDN Times - Ribuan orang berdemo di Lima, ibu kota Peru, pada Kamis (19/1/2023) untuk menuntut pengunduran diri presiden dan mengadakan pemilihan baru. Hal tersebut tak lepas dari kerusuhan hebat sebelumnya yang telah menewaskan 44 orang.

Kepolisian Peru mengatakan, mereka dalam kondisi siaga maksimal dan telah mengerahkan 11.800 petugas di Lima. Kebanyakan para pengunjuk merupakan pendukung dari eks Presiden Peru yang dikudeta, Pedro Castillo.

1. Demonstran sempat bentrok dengan petugas keamanan

Ilustrasi Garis Polisi (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam beberapa hari terakhir, unjuk rasa berlangsung dengan cukup panas. Beberapa di antara pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah aparat dan mencoba melewati garis polisi.

Petugas menanggapi dengan tembakan gas air mata yang membuat pengunjuk rasa melarikan diri. Para pengunjuk rasa diketahui menggunakan kain lap yang dicelupkan ke dalam cuka untuk meredakan sengatan mata dan kulit.

“Kami dikepung. Kami mencoba melewati banyak tempat dan kami akhirnya berputar-putar," kata Sofia López, yang duduk di bangku di luar Mahkamah Agung Peru, dikutip dari The Washington Post

"Saya merasa sangat marah. Kami akan kembali dengan damai. Hari ini kita ribuan, besok kita akan menjadi 3 ribu, 4 ribu, 5 ribu orang," kata Verónica Paucar, pengunjuk rasa yang terkena gas air mata. 

2. Para pengunjuk rasa juga menuntut pembubaran parlemen

Para pengunjuk rasa juga ingin melakukan pembubaran parlemen, di samping menuntut pemilihan umum segera mungkin. Pedro Castillo merupakan salah satu tokoh yang didukung oleh masyarakat Peru karena dia ingin membubarkan parlemen.

Dia merupakan kepala negara pertama Peru dari latar belakang pedesaan Andean. Castillo diketahui dimakzulkan setelah gagal membubarkan Kongres.

“Kami memiliki menteri nakal, presiden yang membunuh dan kami hidup seperti binatang di tengah begitu banyak kekayaan yang mereka curi dari kami setiap hari,” kata Samuel Acero, seorang petani yang mengepalai komite protes regional untuk Kota Cusco di Andes, dilansir Euronews

"Kami ingin Dina Boluarte pergi, dia berbohong kepada kami," tambahnya.

3. Puluhan warga sipil meninggal akibat unjuk rasa

Sampai saat ini, protes masih terjadi di Andes selatan Peru. Sudah ada 55 orang meninggal dalam kerusuhan tersebut, yang sebagian besar akibat bentrokan dengan aparat.

Sebuah kantor polisi juga dikabarkan telah dibakar di Kota Macusani. Stasiun televisi lokal mengatakan, petugas diselamatkan dengan helikopter.

Ribuan pengunjuk rasa dari daerah pedesaan berusaha terus menekan pemerintahan yang dipimpin oleh Boluarte. Mereka telah mendirikan hampir 100 penghalang jalan di seluruh kawasan Peru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team