Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Wisnu Widiantoro)
Duterte sempat mengatakan tidak akan pernah meminta maaf atas kematian terduga tersangka pengguna atau pengedar narkoba. Mereka meninggal dalam operasi "war on drugs", kebijakan melawan narkoba mendapat kecaman dari kelompok hak asasi manusia (HAM).
Data pemerintah menunjukkan ada lebih dari 6.200 tersangka narkoba tewas dalam operasi tersebut, sejak Duterte menjabat sebagai Presiden Filipina dari Juni 2016 hingga November 2021.
Dia bersumpah melindungi penegak hukum atas seluruh perbuatan yang mereka lakukan. Duterte bahkan mendorong aparat untuk melawan, ketika mereka menghadapi ancaman di tengah operasi.
Pendekatan serupa juga Duterte terapkan untuk menumpas pemberontak komunis. Duterte siap pasang badan apabila ada aparat yang dipenjara atas nama pelanggaran HAM.
“Lupakan hak asasi manusia (HAM). Itu pesan saya. Saya bersedia masuk penjara, itu tidak masalah,” pungkas dia, kala itu.