Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Moldova, Maia Sandu. (instagram.com/maia.sandu)
Presiden Moldova, Maia Sandu. (instagram.com/maia.sandu)

Jakarta, IDN Times - Presiden Maia Sandu, pada Rabu (1/11/2023), menuding Moskow menggunakan politik uang untuk mendukung calon kepada daerah yang dipilih Rusia di pemilu Moldova, yang akan digelar akhir pekan ini. 

Relasi Rusia-Moldova terus membutuk sejak perang Rusia-Ukraina. Chisinau khawatir negaranya menjadi target Rusia selanjutnya. Moskow pun disebut berupaya melengserkan Presiden Sandu dengan menggerakkan massa lewat partai pro-Rusia di Moldova. 

1. Rusia disebut kirimkan uang sebesar Rp78,8 miliar ke Moldova

Sandu menyebut Rusia berusaha membeli suara dalam pilkada dengan mengirimkan uang lewat partai-partai politik pro-Rusia. Bahkan, uang yang dikirimkan mencapai 5 juta dolar AS (Rp78,8 miliar) dalam 2 bulan terakhir. 

"Rusia sebelumnya sudah membeli suara lewat pemimpin anteknya yang pernah menguasai Moldova. Sekarang itu tidak mungkin lagi. Maka dari itu, Moskow berusaha membeli suara milik rakyat Moldova untuk memenangkan calon tertentu," ungkap Sandu, dilansir Reuters.

"Terdapat sejumlah orang yang bekerja untuk Kremlin dan mereka akan pergi ke Moskow untuk mengambil uang tersebut," tambahnya. 

Ia pun mendorong kepada pemilih agar mendukung calon pemimpin daerah dukungannya pada Minggu (5/11/2023). Menurutnya, ini penting untuk mendorong Moldova menjadi anggota Uni Eropa (UE). 

2. Moldova blokir media utama Rusia di negaranya

Pilkada Moldova akan menjadi barometer persetujuan penduduk dalam proses masuk ke dalam Uni Eropa (UE). Pasalnya, negara Eropa Timur itu terus diributkan dengan perpecahan pro-Eropa dan pro-Rusia. 

Belakangan ini, Moldova sudah melakukan berbagai cara untuk mencegah pengaruh Rusia di negaranya. Chisinau sudah memblokir akses media milik Rusia yang dituding sebagai penyebar propaganda. 

Pada Senin lalu, Moldova sudah memblokir media Interfax dan TASS. Kedua media berbahasa Rusia tersebut dianggap memicu perang informasi di negara Eropa Timur tersebut. 

Dilaporkan TVP World, Mahkamah Konstitusi Moldova pada tahun ini juga sudah memblokir partai pro-Rusia, Shor. Alhasil, sejumlah kandidat dari Partai Shor dilarang mencalonkan diri dalam pemilihan daerah. 

3. Moldova berkeinginan keluar dari CIS

Pemerintah Moldova berencana berkontribusi pada CIS (Commonwealth of Independent States). Chisinau pun menolak keanggotaan organisasi publik tersebut dan mendukung sanksi kepada Federasi Rusia. 

Kementerian Keuangan Moldova menyebut bahwa uang yang dialokasikan dalam keanggotaan itu akan diturunkan sebesar 16 juta leu (Rp13,9 miliar). Sebelumnya Moldova membayar sebesar 66,5 juta leu (Rp58 miliar) dan kini hanya sebesar 50,5 juta leu (Rp44,1 miliar).

Dilaporkan Ukrainian News, keputusan itu diambil karena Moldova sudah tidak ikut dalam Pertemuan Inter-Parlementer CIS dan komunitas organisasi tersebut. 

Sebelumnya, Moldova juga sudah mengumumkan niatnya untuk mengundurkan diri dari keanggotaan CIS secara bertahap. Chisinau sudah menolak sejumlah kesepakatan dalam keanggotaan negara-negara bekas Uni Soviet tersebut. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorBrahm