Pemerintah Turki bisa dikatakan terselimuti delima dalam memilih sistem pertahanan terbaik untuk negaranya. Penekanan kontrak bersama Federasi Rusia yang menuai protes dari negara NATO dan suplier utamanya, Amerika Serikat, membuat Turki menjadi bimbang.
Hubungan naik turun yang dialami Turki-AS dan keterlibatan Rusia dalam perdamaian di Suriah menjadi alasan mengapa Turki lebih memilih Rusia sebagai kunci utamanya dalam meningkatkan sistem pertahanan misil.
NATO yang memiliki sistem pertahanan misil sendiri dinyatakan tidak dapat mengintegrasi sistem pertahanan misil buatan Federasi Rusia. Turki sebagai anggota NATO harus menghadapi sistem yang tidak dapat terintegrasi bersama negara anggota lainnya dimana hal ini dianggap sangat membahayakan lapisan sistem pertahanan misil NATO.
Dapatkah Pemerintah Turki menghadapi dilema sistem pertahanan misilnya yang sangat mempengaruhi hubungan dan pertahanan regional, jawabannya tentu akan terlihat ketika Turki mulai bergerak.