Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
The Washington Times
The Washington Times

Moskow, IDN TIMES - Pemerintah Rusia, pada hari Rabu (19/12) meneken kontrak kelanjutan penjualan sistem pertahanan misil canggih S-400 bersama Turki.

Datang secara tiba-tiba, AS sebagai salah satu sekutu utama Turki di NATO mulai membuka diri dengan mengizinkan penjualan sistem pertahanan Patriot yang sebelumnya mendapat lampu merah dari Pentagon, seperti yang dilansir dari Reuters.

1. Segera dikirimkan pada tahun 2019

The Globe Post

Setelah melajutkan penekanan kontrak, pihak Federasi Rusia mengabarkan bahwa misil S-400 yang dipesan Turki akan datang secepatnya pada tahun 2019, dikutip dari Reuters. Juru bicara Kremlin, Dmitri Peskov, ikut menambahkan bahwa dalam penandatangan kali ini bersama Ankara bukanlah sebuah proses yang terikat, melainkan hanya sebuah proses yang wajib dipenuhi untuk melanjutkan kesepakatan penjualan senjata.

Sistem pertahanan misil S-400 yang menjadi andalan angkatan perang Rusia telah lama menarik minat Turki meskipun integrasi sistem pertahanan Rusia dan NATO sangat berbeda.

2. Pentagon izinkan penjualan sistem pertahanan Patriot ke Turki

Hurriyet Daily News

Lamanya menunggu jawaban dari AS dan hubungan yang naik turun, membuat Turki mengambil inisiatif demi memenuhi sistem pertahanan negaranya. Dilansir dari PressTV, Departemen Pertahanan Amerika Serikat melalui Pentagon akhirnya memberikan lampu hijau penjualan sistem pertahanan Patriot sebesar $3.5 miliar kepada Turki.

Walaupun begitu, masih diperlukan proses pengesahan dari Kongres Amerika Serikat karena Pentagon dalam tahap ini hanya bertindak sebagai pemberi nota pemberitahuan pengizinan penjualan senjata.

3. Turki diselimuti dilema

Kyiv Post

Pemerintah Turki bisa dikatakan terselimuti delima dalam memilih sistem pertahanan terbaik untuk negaranya. Penekanan kontrak bersama Federasi Rusia yang menuai protes dari negara NATO dan suplier utamanya, Amerika Serikat, membuat Turki menjadi bimbang.

Hubungan naik turun yang dialami Turki-AS dan keterlibatan Rusia dalam perdamaian di Suriah menjadi alasan mengapa Turki lebih memilih Rusia sebagai kunci utamanya dalam meningkatkan sistem pertahanan misil.

NATO yang memiliki sistem pertahanan misil sendiri dinyatakan tidak dapat mengintegrasi sistem pertahanan misil buatan Federasi Rusia. Turki sebagai anggota NATO harus menghadapi sistem yang tidak dapat terintegrasi bersama negara anggota lainnya dimana hal ini dianggap sangat membahayakan lapisan sistem pertahanan misil NATO.

Dapatkah Pemerintah Turki menghadapi dilema sistem pertahanan misilnya yang sangat mempengaruhi hubungan dan pertahanan regional, jawabannya tentu akan terlihat ketika Turki mulai bergerak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team