Suasana demonstrasi di Kolombia pada Mei 2021. (twitter.com/ajplus)
Berdasarkan wawancara Diego Molano pada surat kabar El Mundo dan El Tiempo mengatakan apabila terdapat lebih dari 100 berita palsu di sosial media mengenai demonstrasi di Kolombia yang mendiskreditkan polisi. Ia juga mengatakan jika, "Terdapat informasi sosial media mengenai serangan dan mobilisasi dari Rusia dan Venezuela. Sedangkan terdapat sejumlah akun palsu yang ditemukan berasal dari Bangladesh, Meksiko dan Venezuela."
Menurut SFS, tindakan ini berfungsi menggerakkan klik dari pengguna sosial media yang bisa memperburuk situasi demonstrasi dan kerusuhan. Diketahui kurang dari satu persen pengguna yang menggerakkan konten terkait fenomena sosial ini, bahkan akun tersebut tidak berasal dari negara tempat kejadian. Layaknya demonstrasi di Chile yang mayoritas cuitannya berasal dari Venezuela, Nikaragua dan Kuba.
Menurut Menlu Marta Lucía Ramírez sejak demonstrasi di Kolombia pada 2019 lalu, sudah terdapat aktivitas digital dari Venezuela dan Rusia. Bahkan jumlahnya akun provokasi yang masih aktif tersebut mencapai 7.000, dilansir dari Semana.