Selain gerakan mogok nasional di Guadeloupe, ada gerakan melakukan blokade wilayah yang kini berdampak membahayakan, khususnya untuk para pasien yang seharusnya menjalani cuci darah atau hemodialisis.
Patrick Portecop, kepala layanan darurat regional mengatakan beberapa pasien yang memerlukan perawatan karena sakit ginjal "sekarang dalam kondisi bahaya." Menurut Associated Press, dia mengatakan "kami memiliki beberapa pasien (di daerah blokade). Kami tidak berdaya."
Presiden Guadeloupe yang bernama Ary Chalus menyatakan bahwa ia mengecam aksi penjarahan yang telah dilakukan oleh beberapa kelompok orang. Katanya, "kita tidak bisa menghancurkan apa yang kita bangun bersama."
Menurutnya, kerusuhan dan penjarahan itu juga bukan cuma masalah instruksi "vaksinasi wajib." Akan tetapi karena pemerintah pusat Prancis belum memberi tanggapan terkait permintaan dukungan ekonomi "secepat mereka mengirim (pasukan) penegakan hukum," yang ditugaskan untuk memadamkan kerusuhan.
Emmanuel Macron, Presiden Prancis, juga menanggapi situasi menegangkan yang sedang berlangsung di Guadeloupe. "Ada situasi yang sangat eksplosif, ada konteks yang sangat lokal. Ada ketegangan yang kita ketahui tentang itu adalah sejarah."
Namun Macron juga mengingatkan bahwa "vaksin adalah perlindungan terbaik," dan menyarankan untuk tidak menyerah pada kabar bohong atau manipulasi.
Guadeloupe memiliki penduduk sekitar 400.000 orang. Wilayah itu memiliki sejarah sebagai daerah jajahan Prancis dan kini menjadi salah satu departemen seberang lautan. Sekitar 33 persen dari penduduk telah mendapatkan vaksin. Jumlah itu terbilang rendah dari angka nasional yang sudah mencapai 75 persen.