Kematian Fares tentu saja menyisakan duka dan kepedihan yang sangat mendalam bagi keluarga dan semua orang yang dikenalnya. Ia yang dikenal sebagai sosok tangguh, sedianya akan melangsungkan pernikahan pada bulan Juni tahun depan. Tunangannya Gilbert Karaan, merupakan seorang pria yang bekerja sebagai petugas keamanan Lebanon yang memberikan pengawasan dan perlindungan internal kepada politisi negara.
Melalui unggahan di akun sosial media miliknya, Karaan membagikan foto-foto kenangan kebersamaan mereka dan menuliskan, “ Aku mencintaimu, mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu, sampai aku bersatu kembali denganmu kelak, di mana kita akan melanjutkan perjalanan cinta kita bersama."
Pada hari Kamis lalu (6/08/2020), pemakaman Fares diadakan di tempat asalnya, Al Qaa, dan diselenggarakan selayaknya pesta pernikahan untuk menghormati impian mendiang yang begitu mendambakan momen indah itu sepanjang hidupnya. Sebuah band memainkan musik dengan nada romantis, diiringi dengan keluarga serta teman-teman yang melemparkan beras dan kelopak bunga, sang tunangan duduk di bahu seorang kerabat sambil menangis dan melambaikan tangan dengan membawa sepotong kain di tangannya, sementara para petugas pemadam kebakaran berbondong-bondong mengangkat peti jenazah berwarna putih tinggi-tinggi sambil memutar-mutarnya.
Dikutip dari laman berita english.alaraby, jurnalis Lebanon Luna Safwan, menjelaskan bahwa alasan peti jenazah tersebut digoyang dan diputar adalah karena fakta Fares yang semestinya akan menjadi pengantin."Sahar Fares adalah calon pengantin (sebelum tewas) dan (karenanya) dinyatakan sebagai martir, mereka (para pelayat) merayakan dan menghormati komitmennya itu,” ungkapnya.
Sahar Fares kini telah tiada untuk selamanya. Tetapi rakyat Lebanon tidak akan melupakan kisah pilunya. Hanya ia yang jasadnya berhasil ditemukan sementara kesembilan rekannya masih menghilang. Mereka semua dijuluki pahlawan karena dedikasi yang telah diberikan kepada negeri termasuk berada di garda terdepan pada saat insiden.
Seperti semua kekacauan yang terjadi usai ledakan Beirut, masyarakat semakin menuding bahwa akar dari semua masalah yang timbul disebabkan oleh pemerintahan yang ‘bobrok’ dan penuh dengan korupsi. Dengan kesedihan, warga menyebutkan bahwa Sahar Fares telah menggambarkan kisah pengabdian seseorang terhadap negara, tetapi justru ‘dibunuh’ di bawah pemerintahan yang ia layani. Karena itu, kisahnya menjadi viral dan media menjulukinya sebagai simbol duka Lebanon.