Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, dalam World Economic Forum 2024. (twitter.com/@KSAmofaEN)

Jakarta, IDN Times – Saudi kembali menegaskan posisinya dalam konflik Israel-Palestina dalam hal upaya normalisasi hubungan dengan Israel. Hal itu terus diupayakan oleh Amerika Serikat (AS) sebagai mediator di antara keduanya.

Pada konferensi pers di Doha pada Selasa (6/2/2024) malam, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, berbicara dengan optimis tentang kemungkinan kesepakatan normalisasi Saudi-Israel.

“Khususnya sehubungan dengan normalisasi, putra mahkota menegaskan kembali minat kuat Arab Saudi untuk mewujudkan hal itu,” kata Blinken, dilansir Jerussalem Post, Rabu.

Namun demikian, upaya perdamaian kedua pihak saja tidak dirasa cukup oleh Saudi. Diperlukan balasan yang lebih besar demi normalisasi hubungan dengan Israel, yakni pengakuan negara Palestina.

1. Saudi tegaskan pengakuan Palestina

Bendera Arab Saudi (unsplash.com/aboodi vesakaran)

Upaya normalisasi antara Israel dan Arab Saudi kembali kandas ditengarai akibat berkecamuknya konflik di Gaza. Kemenlu Saudi menegaskan, pihaknya tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel sebelum pengakuan negara Palestina merdeka.

“Kerajaan telah mengomunikasikan posisi tegasnya kepada pemerintah AS bahwa tidak akan ada hubungan diplomatik dengan Israel kecuali negara Palestina merdeka diakui di perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya,” kata Kemenlu Saudi.

Pernyataan itu dikeluarkan sehari setelah Blinken mengunjungi Saudi pada Senin untuk membicarakan upaya gencatan senjata di Gaza bersama pangeran Mohammed Bin Salman. Seruan itu membuat AS sebagai mediator kembali tidak memenuhi harapan di tahun ini.

2. Seruan untuk DK PBB

Editorial Team

Tonton lebih seru di