Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Lean Daval Jr/REUTERS via news.abs-cbn.com

Sejak menjabat sebagai presiden Filipina, Rodrigo Duterte, terkenal kerap membuat pernyataan yang sangat kontroversial. Kebijakannya juga dinilai banyak pihak tak manusiawi. Salah satu yang regulasi Duterte yang banyak ditentang adalah upayanya terhadap perang narkotik. Dia memerintahkan hukuman tembak di tempat bagi para pengedar tanpa proses hukum. Hasilnya, sejak pelantikannya pada Juni 2016 lalu, sudah 2.000 orang tewas karena diduga menjadi pengedar narkoba. Tak sedikit orang yang mengkritiknya, termasuk para tokoh agama Katolik.

Duterte menyebut mereka munafik dan meminta mereka mencoba narkoba.

Kantor berita AFP melaporkan pada Rabu kemarin (18/1) Duterte kembali mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan. Ia meminta para tokoh agama Katolik untuk mencoba memakai sabu-sabu sebelum mengkritik langkahnya dalam memberantas peredaran obat-obatan terlarang di Filipina. Tak hanya itu, Duterte juga menilai para tokoh agama Katolik ini munafik karena mereka memberikan kritikan tanpa memahami dampak buruk dari narkoba.

Gereja tidak benar-benar paham. Mereka tahu [persoalan narkoba], mereka tahu bahwa ini buruk, tapi mereka berkata bahwa pembunuhan di luar hukum (extrajudicial killing) itu tidak baik. Jadi, para pastor seharusnya mencoba sabu-sabu terlebih dulu agar mereka memahami [bahwa masalah narkoba kian memburuk]. Saya merekomendasikan satu atau dua uskup juga mencobanya.

Duterte memberikan pernyataan tersebut di hari yang sama dengan saat Paus Fransiskus memberkati Filipina dan presiden negara itu. Berdasarkan informasi yang diberikan Penasihat Presiden untuk Proses Perdamaian, Jesus Dureza, Duterte meminta Paus Fransiskus memberkati Filipina yang kemudian dibalas oleh Paus bahwa dirinya juga memberkati sang presiden.

Para pemuka agama Katolik memang sudah sejak lama menentang Duterte perihal perang terhadap narkoba. Ia menyebut Gereja Katolik sedang menunjukkan kemunafikan agama. Pernyataannya ini tentu saja mengguncang publik Filipina. Pasalnya, meski dia masih cukup populer, tapi 80 persen rakyat Filipina merupakan pemeluk agama Katolik. Oleh karena itu, Gereja tak hanya sekadar institusi keagamaan, melainkan pihak yang vokal dalam persoalan politik.

Tak sekali ini saja Duterte menyerang Gereja Katolik.

Editorial Team

Tonton lebih seru di