Sekjen PBB Peringatkan Lonjakan Ancaman Siber Global

Intinya sih...
- Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan bahaya penggunaan teknologi digital sebagai senjata yang semakin meningkat setiap tahun.
- Operasi siber yang didukung kecerdasan buatan (AI) semakin meningkatkan ancaman dengan gangguan pada layanan penting seperti kesehatan, perbankan, dan telekomunikasi.
- Guterres juga memperingatkan tentang ancaman dari ransomware dan komputasi kuantum yang berpotensi merusak seluruh sistem dengan kemampuannya menembus enkripsi.
Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan bahaya penggunaan teknologi digital sebagai senjata yang semakin meningkat setiap tahun. Peringatan ini disampaikan dalam debat tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB tentang ancaman yang berkembang di dunia maya pada Kamis (20/6/2024).
Ia menekankan bahwa aktivitas berbahaya di dunia maya meningkat, baik oleh pemerintah, aktor non-pemerintah, maupun kriminal. Guterres menambahkan bahwa penyalahgunaan teknologi digital semakin canggih dan tersembunyi, dengan malware, wiper, dan trojan yang berkembang pesat.
Ia juga memperingatkan bahwa operasi siber yang didukung kecerdasan buatan (AI) semakin meningkatkan ancaman.
1. Ancaman siber ganggu layanan penting
Insiden keamanan siber semakin umum terjadi, dengan gangguan pada layanan penting seperti kesehatan, perbankan, dan telekomunikasi. Aktivitas ilegal oleh organisasi kriminal dan cyber-mercenaries juga terlihat semakin meningkat.
Salah satu ancaman yang paling menonjol adalah ransomware. Guterres menyebutkan bahwa ransomware menjadi ancaman besar bagi institusi publik dan swasta serta infrastruktur kritis.
Menurut beberapa perkiraan, total pembayaran ransomware mencapai 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp18 triliun) pada tahun 2023.
2. Komputasi kuantum ancam sistem enkripsi
Selain ransomware, Guterres juga memperingatkan tentang ancaman dari teknologi canggih lainnya. Ia menyebutkan bahwa komputasi kuantum berpotensi merusak seluruh sistem dengan kemampuannya menembus enkripsi.
Lebih lanjut, Sekjen PBB menekankan bahwa aktivitas berbahaya di dunia maya tidak hanya berdampak pada keamanan digital.
"Aktivitas yang merusak institusi publik, proses pemilihan, dan integritas online juga dapat mengikis kepercayaan, memicu ketegangan, dan bahkan menyemai benih kekerasan dan konflik", ujar Guterres, dilansir dari Associated Press.
3. Upaya global atasi ancaman siber
Menghadapi ancaman yang semakin kompleks ini, Guterres menyerukan upaya global untuk mengatur ruang siber dan AI. Ia menyoroti pentingnya proposal New Agenda for Peace yang menempatkan pencegahan sebagai inti dari semua upaya perdamaian.
"Summit of the Future pada September mendatang merupakan kesempatan penting untuk mendukung pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional di ruang siber," ujar Guterres, dilansir dari UN News.
Sementara itu, Majelis Umum PBB sedang mempertimbangkan penerapan hukum internasional terhadap aktivitas negara di domain siber. Upaya untuk mencapai konsensus tentang perjanjian kejahatan siber baru juga sedang berlangsung.
Guterres mengakhiri pernyataannya dengan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengintegrasikan pertimbangan terkait siber ke dalam alur kerja dan resolusinya. Ia menegaskan bahwa integrasi masalah ini akan menjadi cara yang berguna untuk meletakkan dasar bagi respons yang lebih efektif terhadap masalah penting ini.