Dengan pekerjaannya untuk mewartakan peristiwa dan keadilan informasi, para jurnalis sering bekerja melaporkan berbagai kejahatan. Kerja itu dilakukan karena kejahatan menimbulkan ancaman bagi kehidupan manusia.
Akan tetapi, karena tugasnya tersebut, justru para jurnalis sering jadi sasaran serangan. Dilansir VOA News, dalam pernyataannya, IFJ mengatakan para pewarta "lebih sering dibunuh karena mengungkap korupsi, kejahatan, dan penyalahgunaan di sebuah komunitas, di kota dan di negara mereka."
Pada tahun 2021, risiko yang memiliki hubungan dengan konflik bersenjata telah semakin berkurang. Ini karena dalam beberapa tahun terakhir, lebih sedikit jurnalis yang dapat melaporkan peristiwa langsung dari lapangan.
Ancaman lain yang sangat krusial bagi jurnalis terutama di Meksiko. Di negara itu, mereka berhadapan dengan geng kriminal dan kartel narkoba. Di Eropa, kekerasan kepada jurnalis semakin meningkat seperti di beberapa kota di Yunani dan Belanda.
Dilansir European Journalist, pembunuhan pekerja media di wilayah tersebut meningkat tiga kali lipat dibandingkan dua tahun sebelumnya. Sebanyak enam jurnalis di Eropa kehilangan nyawa. Mereka adalah Hazim Zsu di Turki, Giorgos Karaivaz di Yunani, Maharram Ibrahimov dan Siraj Abishov di Azerbaijan, Peter R. de Vries di Belanda dan Aleksandre Lashkarava di Georgia.