Petugas keamanan di gedung pemerintahan Utah, menjaga sekitar dua lusin demonstran. (twitter.com/Daniel Woodruff)
Ancaman demonstrasi besar di seluruh negara bagian AS usai penyerbuan gedung Capitol Hill di Washington DC pada 6 Januari 2021, telah bergaung dan ditanggapi secara serius oleh pejabat keamanan pemerintah federal.
Para polisi dan personel Garda Nasional diturunkan untuk berjaga dan waspada kemungkinan aksi yang menimbulkan risiko kekerasan. Gedung-gedung pemerintah di sebagian besar negara bagian juga telah dipasangi pagar pembatas sebagai langkah pencegahan.
Namun, demonstrasi pada hari Minggu 17 Januari, hanya menarik kerumunan kecil orang dan tidak lebih dari dua lusin peserta aksi. Di negara bagian Maine hingga Mississippi, tidak ada demonstran sayap kanan.
Di Kentucky, New Hampshire dan Utah ada beberapa yang dilaporkan mempersenjatai diri tetapi aksi berlangsung damai.
Melansir dari laman Associated Press, Chirs Loftis, jubir Patroli Negara Bagian Washington mengatakan “Bagi kami, dalam penegakan hukum, kami harus siap untuk apapun. Kami tidak bisa membiarkan diri diremehkan. Kami hanya harus siap untuk apapun yang mungkin terjadi” jelasnya (18/1).
Dalam 10 hari terakhir, ketika pelarangan dan penghapusan akun sayap kanan di banyak jejaring sosial media dilakukan, telah membuat kelompok sayap kanan berantakan. Pengejaran dan penangkapan para demonstran yang memicu rusuh di Capitol Hill sepertinya juga memiliki efek jera.
Salah satu pemimpin kelompok sayap kanan neo-fasis Proud Boys, Enrique Tarrio, yang mendukung Donald Trump menjelaskan tidak akan memobilisasi anggotanya dalam protes pelantikan Biden-Harris.
Dia mengatakan “Saya merasa bagian pertempuran ini sudah berakhir”. Ketatnya kehadiran pasukan militer di seluruh negara bagian, sepertinya telah menciutkan nyali banyak anggota kelompok sayap kanan pendukung Donald Trump.