Ilustrasi palu pengadilan. (Pixabay.com/Daniel_B_photos)
Melansir dari RFI, Benalla telah bekerja sebagai pengawal Macron sejak 2016, setelah Macron menjadi presiden pada 2017 dipromosikan ke peran keamanan senior dan menjadi orang kepercayaan Macron, sering terlihat berada di sisi Macron.
Seorang mantan pejabat kampanye senior Macron mendeskripsikan Benalla sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara praktis dan efisien, dianggap seperti "pisau tentara Swiss". Selama menjadi pengawal fasilitas yang diperoleh Benalla adalah apartemen di dekat Istana Elysee dan akses ke Majelis Nasional serta pusat kebugaran dan perpustakaan pribadi.
Kasus ini muncul ke publik tiga tahun lalu setelah sebuah video menunjukkan Benalla memukul demonstran. Dia terlihat menyerang seorang pria muda dan mencengkeram leher seorang wanita muda pada protes Hari Buruh di Paris pada 2018. Benalla seharusnya tidak boleh mencampuri pengamanan polisi, hanya diizinkan mengamati, tapi dia ikut serta dalam operasi tersebut, mengenakan perlengkapan polisi.
Dalam persidangan Benalla membantah serangannya kepada demonstran melanggar hukum, dia mengatakan tindakan itu merupakan refleks untuk membantu polisi menangkap pengujuk rasa yang rusuh.
Namun, pembelaan Benalla tidak dibenarkan dia didakwa melakukan tindakan impunitas dalam melakukan kekerasan dan mencampuri urusan polisi.
Hakim Isabelle Prevost-Desprez yang membacakan putusan pengadilan pada hari Jumat mengatakan Benalla memiliki kepercayaan dapat bertindak karena memiliki "kekebalan hukum" dan dianggap merasa memiliki banyak kuasa setelah menjabat. Hakim mengatakan Benalla telah mengkhianati kepercayaan yang diberikan untuk pekerjaanya ini.