Amerika Serikat akan menarik pasukannya dari Afghanistan pada pertengahan Januari 2021. Ilustrasi (pexels.com/pixabay)
Kelompok Taliban, sejak awal konflik di Afghanistan, menganggap bahwa pemerintah Afghanistan adalah pemerintahan boneka Amerika Serikat. Mereka tak pernah mau diajak dalam perundingan damai. Perundingan damai kali ini yang sedang berlangsung di Doha, adalah sebuah sejarah karena Taliban mau duduk bersama dalam satu meja dengan pemerintah Afghanistan. Amerika Serikat juga mengapresiasi hal tersebut.
Pada pertengahan bulan November, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan akan mulai menarik pasukannya dari Afghanistan di pertengahan bulan Januari 2021. Melansir dari laman VOA, Donald Trump telah menginstruksikan untuk memindahkan sekitar 2.000 pasukannya di Afghanistan dan sekitar 500 pasukannya yang berada di Irak, untuk kembali (17/11).
Namun perintah penarikan pasukan Amerika Serikat oleh Donald Trump telah membuat kekhawatiran baru. Para pengamat meyakini bahwa militer Afghanistan tidak akan mampu memadamkan serangan-serangan pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok milisi.
Langkah keputusan penarikan pasukan AS itu mendapat banyak kritik, tidak hanya dari kalangan Demokrat tetapi juga dari kalangan Republik. Adam Kinzinger, angota parlemen dari partai Republik mengatakan penarikan pasukan dari Afghanistan tanpa kondisi yang tepat di lapangan adalah “sebuah kesalahan”.
Sedangkan senator dari Demoktrat, Tim Kaine, mengkritik keputusan yang dilakukan oleh Donald Trump. Menurutnya, “penarikan (pasukan) harus berdasarkan kondisi dan tidak sewenang-wenang, tapi ini lebih buruk dari kesewenang-wenangan. Ini murni politik” katanya seperti dikutip dari VOA (17/12). Amerika Serikat terus berambisi untuk menghancurkan ISIS dan jaringannya. Selama kelompok tersebut belum benar-benar kalah, perang melawan apa yang mereka sebut “terorisme” tidak seharusnya dihentikan.