Jakarta, IDN Times - Ketika Israel menggempur ibu kota Lebanon, Beirut, pada Jumat (27/9/2024), dalam serangan udara yang menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, ledakannya begitu dahsyat sehingga seorang ibu hamil khawatir bayinya tidak dapat bertahan.
"Saya hamil 8 bulan. Bayi di dalam perut saya bahkan tidak bergerak dan saya takut terjadi sesuatu, semoga tidak. Tapi akhirnya saya merasakannya," kata Zahraa, dikutip dari Reuters.
“Ya Tuhan, roket-roket yang kami lihat kemarin, api-api yang kami saksikan. Kami bisa mendengar setiap serangan. Kami bahkan belum tidur sedikit pun. Ada orang-orang yang tidur di jalanan atau tidur di mobil di sekitar kami," tambahnya.
Seperti penduduk Dahiyeh lainnya, yang merupakan basis Hizbullah, Zahraa, suami dan dua putranya dengan cepat mengemas barang-barat dan melarikan diri ke wilayah lain di Beirut. Setiap ledakan membuat kota tersebut bergetar.