Dilansir BBC, Hizbullah mengatakan serangannya ke Israel untuk mendukung Hamas di Palestina yang juga didukung oleh Iran. Kedua kelompok tersebut disebut sebagai organisasi teroris oleh Israel, Inggris, dan negara-negara lain.
Hizbullah memiliki persenjataan lengkap dan telah lama dianggap sebagai musuh yang jauh lebih unggul dari Hamas. Organisasi dari Lebanon tersebut menyatakan pihaknya tidak menginginkan perang habis-habisan dan akan mematuhi setiap gencatan senjata di Gaza.
"Israel dapat memutuskan apa yang diinginkannya: perang terbatas, perang total, perang parsial. Namun, Israel harus mengantisipasi bahwa respons dan perlawanan kami tidak akan berada dalam batasan dan aturan keterlibatan yang ditetapkan oleh Israel," kata wakil pemimpin kelompok itu, Naim Qassem, sehari sebelum komandannya tewas.
Dalam beberapa minggu terakhir, pejabat Israel telah berulang kali memperingatkan bahwa mereka akan menggunakan kekuatan militer untuk memulihkan keamanan di sepanjang perbatasan utara jika diplomasi gagal.
"Kami menyerang Hizbullah dengan sangat keras setiap hari dan kami juga akan mencapai kondisi kesiapan penuh untuk mengambil tindakan apa pun yang diperlukan di Lebanon, atau mencapai kesepakatan dari posisi yang kuat. Kami lebih suka kesepakatan, tetapi jika kenyataan memaksa kami, kami akan tahu cara melawannya," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada hari Rabu.