Ilustrasi LGBT (IDN Times/Arief Rahmat)
Dikarenakan masih adanya hukum tersebut, sejumlah komunitas LGBT masih belum merasa aman untuk berkunjung ke Arab Saudi.
CEO Out Of Office, Darren Burn menilai, tanpa ada jaminan lebih dari pemerintah Arab Saudi, maka para turis LGBT tak akan sepenuhnya merasa aman berkunjung ke negara tersebut. Out Of Office sendiri merupakan agen perjalanan mewah untuk komunitas LGBTQ+ terbesar di dunia.
“Ini belum jelas, dan tidak menawarkan jaminan yang akan membuat saya merasa dapat mengirim klien dengan aman ke tujuan (Arab Saudi), tetapi apa pun di situs web tentang turis LGBT adalah titik awal yang baik,” kata Burn.
Burn mengatakan, dia masih ragu apakah turis LGBT dapat menginap di hotel dan mendapat tempat tidur jenis double bed tanpa masalah.
Seorang turis dari komunitas LGBT mengaku dirinya pernah berkunjung ke Arab Saudi untuk perjalanan kerja pada Oktober 2022 hingga awal 2023. Dia mengatakan, selama berada di Arab Saudi, dirinya merasa tak menjadi dirinya sendiri, dan harus menyembunyikan jati dirinya.
Bahkan, turis itu disarankan perusahaannya untuk membeli ponsel baru, dan tidak membawa dokumentasi apapun yang bisa menunjukkan dirinya merupakan komunitas LGBT.
“Tidak apa-apa selama seminggu atau lebih, tetapi setelah itu saya tiba-tiba menyadari bahwa saya kembali menjalani kehidupan di dalam lemari dan tidak menjadi diri saya yang sebenarnya. Lebih karena takut akan apa yang mungkin terjadi – yang tidak diketahui – daripada sesuatu yang spesifik yang terjadi,” ucap turis yang enggan disebutkan namanya itu
Menurut Human Dignity Trust yang mengkampanyekan hak-hak orang LGBT di seluruh dunia, transgender dapat diadili di Arab Saudi.