Jakarta, IDN Times - Di tengah krisis yang semakin membelit Lebanon setelah terjadi ledakan yang dipicu ribuan ton amonium nitrat, Perdana Menteri Hassan Diab memutuskan mundur dari kursi jabatannya, Senin malam, 10 Agustus 2020.
Dalam pernyataannya yang disiarkan secara luas di stasiun televisi nasional, Hassan menyebut, korupsi yang telah mengakar di Lebanon sebagai hambatan terbesarnya untuk melakukan reformasi di negara tersebut.
"Korupsi di Lebanon jauh lebih besar dari negara itu sendiri dan menjadi sebuah tembok yang sangat tebal serta berduri, yang akan memisahkan kita dari perubahan. Tembok yang dibentengi oleh sebuah kelas yang rela menggunakan berbagai cara kotor untuk memperoleh keuntungan," ungkap Hassan yang dikutip dari stasiun berita BBC, Selasa (11/8/2020).
Salah satu contoh perilaku koruptif yang terjadi di Lebanon tercermin dari ledakan dahsyat yang menghantam Beirut pada 4 Agustus 2020. Ledakan itu diduga kuat dipicu oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di sebuah gudang di dekat pelabuhan.
Berdasarkan dokumen yang diperoleh stasiun berita Al Jazeera, otoritas di pelabuhan telah bolak-balik mengirim surat kepada pemerintah dan meminta petunjuk apa yang harus mereka lakukan dengan zat yang bisa meledak itu. Namun, surat tersebut tidak direspons.
"Mereka semua tahu bahwa kita (pemerintah) membawa ancaman besar bagi rakyat, tapi tak melakukan apapun," kata dia lagi.
Hassan diketahui belum lama memimpin Lebanon. Ia terpilih pada Desember 2019 lalu dan menggantikan Saad Hariri yang mundur pada Oktober 2019.
Bagaimana perjalanan karier Hassan yang sebelumnya adalah akademisi, hingga bisa terpilih jadi kepala pemerintahan di Lebanon?