Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Shinzo Abe ketika mengumumkan mundur dari kursi Perdana Menteri Jepang (www.twitter.com/@JPN_PMO)
Shinzo Abe ketika mengumumkan mundur dari kursi Perdana Menteri Jepang (www.twitter.com/@JPN_PMO)

Jakarta, IDN Times - Shinzo Abe membuat pengumuman mengejutkan pada Jumat, 28 Agustus 2020. Saat Jepang tengah berjibaku melawan pandemik COVID-19 dan memulihkan kembali ekonominya yang terdampak, Abe memutuskan mundur dari kursi sebagai Perdana Menteri. 

Dalam keterangan pers resminya, Perdana Menteri terlama di Jepang itu memilih mundur karena alasan sakit. Ia mengaku mengidap kolitis ulserativa kronis atau radang di usus besar sejak remaja.

Belakangan ini, kondisi kesehatan pria berusia 65 tahun memang dikabarkan menurun. Ia juga sempat diperiksa selama 7 jam di rumah sakit. 

"Saya memohon maaf dari hati saya yang paling dalam meski sudah mendapat dukungan dari rakyat Jepang. Saya meninggalkan posisi ini meski masih tersisa satu tahun lagi dalam masa kepemimpinan saya, selain itu pengumuman ini disampaikan di tengah berbagai kebijakan dan pandemik virus corona," ungkap Abe dan dikutip harian Inggris, The Telegraph

Ini bukan kali pertama Abe memilih mundur di tengah menjabat sebagai PM. Peristiwa serupa pernah juga terjadi pada tahun 2007 lalu. 

Siapa yang akan menggantikan Abe duduk sebagai Perdana Menteri dan membawa Negeri Sakura keluar dari pandemik?

1. Partai Demokrat Liberal Jepang kemungkinan akan melakukan voting di antara anggota parlemen

Ilustrasi warga Jepang menunggu untuk menyeberang di Crossing Shibuya (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Harian New York Times melaporkan, Abe mundur tanpa kejelasan siapa yang jadi penerusnya. Sedangkan, Negeri Sakura kini tengah berjibaku keluar dari resesi ekonomi dan mengatasi pandemik COVID-19. Abe dilaporkan masih menjadi PM sementara hingga penerusnya dipilih. 

Untuk bisa menduduki kursi nomor satu di pemerintahan Jepang, maka harus melalui partai berkuasa yakni LDP. Partai tersebut telah mengendalikan pemerintahan paska perang dunia kedua. Sedangkan, di parlemen, LDP berkoalisi dengan Partai Komeito. 

Dalam situasi normal, maka harus dilakukan Pemilu terbuka. Kekuatan untuk memilih bisa dipastikan akan dikuasai oleh LDP, sebab mereka telah memiliki lebih dari 1 juta anggota di seluruh Jepang. 500 ribu suara rakyat Jepang sudah dikantongi oleh anggota parlemen yang berasal dari LDP. 

Namun, yang terjadi kini adalah sesuatu yang tidak biasa. Maka, diprediksi mereka akan melakukan pemungutan suara dan hanya dibatasi bagi anggota parlemen dari LDP saja. Artinya, masing-masing perfektur boleh mengajukan tiga perwakilan. Artinya, ada 535 kandidat yang bisa dipilih. 

Tetapi, Sekretaris Jendral LDP, Toshihiro Nikai mengatakan, hingga kini belum ada keputusan apa pun yang diambil. 

"Kami ingin sebuah keputusan yang ditempuh melalui sebuah proses yang disepakati oleh semua anggota partai," ungkap Nikai. 

2. 4 nama muncul sebagai kandidat kuat pengganti Shinzo Abe

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe (Twitter/AbeShinzo)

Kendati belum diputuskan siapa yang akan menggantikan Abe, tetapi tiga nama dari LDP diprediksi memiliki peluang besar. Harian Telegraph melaporkan tiga nama itu yakni mantan Menteri Luar Negeri Shigeru Ishiba, Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga dan Menteri Pertahanan, Taro Kono. 

Sementara, Majalah The Economist memprediksi yang akan menggantikan Abe adalah Fuimio Kishida yang kini menjabat sebagai Menlu dan kepala kebijakan LDP. Para pemilih melihatnya sebagai sosok yang kompeten, moderat, namun di sisi lain dianggap membosankan. 

Di bagian akhir pengumumannya saat mengundurkan diri, Abe kembali menyampaikan permintaan maaf dan membungkuk. Ia mengaku ada hal yang mengganjal lantaran ia terpaksa mundur di saat masa kepemimpinannya belum selesai pada September 2021. 

"Tetapi, saya tidak akan bisa menjadi seorang Perdana Menteri bila saya tidak bisa membuat keputusan terbaik bagi warga Jepang. Maka, saya memutuskan harus mundur dari posisi ini," kata Abe. 

3. Pengganti Shinzo Abe menghadapi pekerjaan yang sangat berat

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe melepaskan maskernya saat tiba untuk memberi keterangan kepada media mengenai tanggapan pemerintah mengenai virus corona (COVID-19) di kediamannya di Tokyo, Jepang, Senin (6/4/2020) (ANTARA FOTO/Issei Kato)

Siapa pun yang nantinya menggantikan Shinzo Abe, maka ia akan menghadapi pekerjaan yang sangat berat. Ia harus mengatasi utang publik yang sangat besar, populasi di Jepang yang terus menyusut, dan tingkat perekonomian yang terus melambat dalam 10 tahun terakhir. 

Ketika Abe duduk kembali sebagai PM untuk kali kedua di tahun 2012 lalu, sistem politik di Jepang tidak stabil. Dalam enam tahun terakhir sebelum 2012, Jepang memiliki enam perdana menteri yang berbeda. 

Ketika dipimpin Abe untuk kali kedua, ia berusaha untuk terus memperkuat militer Jepang, menyeimbangkan dominasi pengaruh Tiongkok dan berhasil memenangkan Jepang sebagai tuan rumah Olimpiade yang kini ditunda ke tahun 2021. 

Sementara, dalam pandangan pengamat ekonomi Tsutomu Soma, butuh waktu lama bagi Jepang untuk melihat sebuah pemerintahan yang stabil. 

"Dengan memiliki pemerintahan yang stabil maka dapat membantu negara ini mengejar berbagai program reformasinya. Sementara, bila politik tidak stabil maka bisa membahayakan posisi Jepang di dunia internasional," kata Soma kepada Bloomberg

Editorial Team