Sierra Leone berada dalam ketegangan sejak Bio terpilih kembali pada Juni dengan perolehan lebih dari 56 suara, nyaris menghindari pemungutan suara putaran kedua.
Hasil pemilihan itu ditentang oleh oposisi utama dan dipertanyakan oleh mitra internasional, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Partai oposisi utama Kongres Seluruh Rakyat (APC) mempermasalahkan hasil pemilihan presiden, legislatif dan lokal pada 24 Juni dan memboikot semua tingkat pemerintahan.
APC dan pemerintah menandatangani perjanjian pada Oktober setelah pembicaraan yang dimediasi oleh Uni Afrika dan Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS).
APC kemudian mengakhiri boikotnya dan mulai berpartisipasi dalam pemerintahan, setelah diakhirinya penahanan dan kasus-kasus pengadilan yang menurut mereka bermotif politik.
Pada Agustus 2022, negara itu mengalami protes anti-pemerintah yang berlangsung dengan kekerasan, menyebabkan setidaknya 21 warga sipil dan enam petugas polisi tewas. Negara itu juga pernah mengalami perang saudara dari tahun 1991-2002, menewaskan lebih dari 50 ribu orang dan ratusan orang cacat.