Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sebanyak lebih dari 12.350 bangunan, sebagian besar rumah, dan puluhan ribu penduduk terusir di Sinai Utara sejak 2013 akibat konflik. (Twitter/Human Right Watch)

Jakarta, IDN Times – Semenanjung Sinai Utara, Mesir, terus mengalami pergolakan akibat konflik yang terjadi antara kubu pemerintah dengan milisi Negara Islam (ISIS).

Pada Minggu, dilaporkan terjadinya ledakan IED (improvised explosive device) yang membuat seorang perwira Mesir, Letnan Kolonel Assem Mohamed Essameldin, harus meregang nyawa bersama dengan tiga milisi pro-pemerintah lainnya.

Essameldin merupakan kepala Batalion Petir 103, salah satu unit pasukan khusus kontra terorisme Mesir. Ia tewas di lokasi usai mengalami luka kritis.

Gejolak pemberontakan itu kian terjadi di tengah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi iklim (KTT) COP27 di Kota Sharm El-Sheik di Sinai Selatan.

1. Keempatnya tewas usai menyisir sebuah desa

ilustrasi garis polisi (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut Middle East Eye, Senin (7/11/2022), belum ada laporan lebih lanjut terkait insiden tersebut. Begitu pula dengan Media Mesir yang juga belum memberikan informasi.

Sumber keamanan menolak memberikan komentar. Namun, suku di wilayah itu mengatakan, keempatnya tewas usai menyisir sebuah desa untuk mencari bahan peledak.

Tiga milisi suku yang tewas bersama Essameldin diidentifikasi bernama Tawfik Shaheen dari suku Rebaya, Amer Emira dari suku Amareen, dan Hussein Salem dari suku Marazqa.

Ketiganya merupakan milisi Bir Al-Abd Union yang merupakan payung dari beberapa suku yang bekerja sama dengan intelijen militer dan pasukan polisi untuk memburu ISIS.

Pemakaman besar-besaran yang dihadiri oleh puluhan orang diselenggarakan pada Minggu malam.

2. Kerap menargetkan militer Mesir

Editorial Team

Tonton lebih seru di