Singapura Berharap Junta Militer Myanmar Bisa Diajak Kompromi

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan mengharapkan kerja sama junta militer Myanmar, untuk mengakhiri krisis sejak kudeta terjadi pada 1 Februari 2021. Vivian mengakui rekonsiliasi damai di Myanmar bukan perkara mudah, meski para pemimpin Asia Tenggara telah mencapai konsensus dengan pemimpin junta Jenderal Min Aung Hlaing.
Sayangnya, Min Aung terlihat tidak memiliki komitmen terhadap 10 poin konsensus hasil pertemuan di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Indonesia pada bulan lalu. Kekerasan masih terus terjadi, bahkan serangan militer terhadap etnis pemberontak yang menolak kudeta semakin intensif.
"Ini bukan proses yang mudah. Kerja sama Tatmadaw (julukan untuk militer Myanmar) akan dibutuhkan," kata Vivian menanggapi pertanyaan anggota parlemen, sebagaimana dilansir dari Reuters, Rabu (12/5/2021).
1. ASEAN harus terus menekan Myanmar
Pada kesempatan yang sama, Vivian juga menyampaikan, ASEAN harus bekerja secara kolektif mendesak Burma demi mengakhiri kerusuhan yang tak kunjung henti sejak Aung San Suu Kyi dilengserkan.
"ASEAN juga harus terus berbicara secara kolektif untuk mendesak otoritas militer Myanmar untuk menegakkan konsensus, terutama untuk menahan diri secara maksimal dan memulai dialog yang berarti dengan semua pihak terkait," katanya.
Sejauh ini, berdasarkan laporan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sedikitnya 780 orang telah meninggal dunia akibat bentrokan demonstran dengan aparat di Myanmar. Jumlah sesungguhnya diyakini lebih tinggi, karena media dan lembaga advokat kesulitan untuk mengonfirmasi orang-orang yang dihilangkan secara paksa.