Ilustrasi industri minyak. (Pexels.com/Kayden)
Venezuela telah memulai penyelidikan korupsi tersebut pada Oktober, yang fokus pada perusahaan minyak negara PDVSA, entitas pemerintah yang mengawasi operasi mata uang kripto, dan lembaga peradilan.
"Kita berbicara tentang salah satu plot paling mengerikan dalam beberapa tahun terakhir, yang melibatkan pejabat, pengusaha yang diuntungkan dari korupsi dan anak muda, termasuk yang disebut mafia wanita, yang berpartisipasi dalam korupsi dan pencucian uang," kata Saab, dilansir Reuters.
Saab mengatakan, entitas yang mengawasi penggunaan mata uang kripto untuk transaksi resmi ditugaskan untuk menjual minyak tanpa kontrol administratif. Dia menambahkan bahwa banyak pembeli tidak membayar minyak tersebut.
PDVSA sejak 2020 telah mengakumulasi 21,2 miliar dolar AS (Rp321,5 trilun) piutang usaha, termasuk 3,6 miliar AS (Rp54,5 triliun) yang diperkirakan tidak akan dibayar. Piutang itu melibatkan lusinan perantara yang kurang dikenal untuk mengekspor minyaknya di bawah sanksi Amerika Serikat (AS).