Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)
Inflasi makanan pada Mei mencapai 57,4 persen. Sementara itu, kekurangan bahan makanan utama, serta bahan bakar untuk memasak, transportasi, dan industri, tetap meluas, dengan pemadaman listrik harian yang berkelanjutan.
Ekonomi Sri Lanka bersiap untuk kontraksi tajam karena tidak tersedianya input dasar untuk produksi di samping terjadinya depresiasi mata uang sebesar 80 persen sejak Maret 2022. Belum lagi berkurangnya cadangan devisa dan kegagalan negara untuk memenuhi kewajiban utang internasionalnya.
Krisis ekonomi terutama berdampak pada ketahanan pangan, pertanian, mata pencaharian, dan akses ke layanan kesehatan. Produksi pangan pada musim panen terakhir adalah 40 hingga 50 persen lebih rendah dari tahun lalu, yang membuat Sri Lanka masih dibayang-bayangi dengan krisis pangan.