Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penjara (unsplash.com/Khashayar Kouchpeydeh)

Jakarta, IDN Times - Seorang staf bantuan dari Program Pangan Dunia PBB (WFP) meninggal setelah 3 minggu ditahan di Yaman utara yang dikuasai kelompok Houthi.

Dalam pernyataan pada Selasa (11/2/2025), WFP mengatakan bahwa pria yang bernama Ahmed itu merupakan salah satu dari tujuh staf lokal yang ditahan secara sewenang-wenang oleh otoritas setempat sejak 23 Januari 2025. Pihaknya tidak menyebut kapan dan bagaimana ia meninggal.

"Sedih dan marah atas kehilangan tragis anggota tim WFP, Ahmed, yang kehilangan nyawanya saat ditahan secara sewenang-wenang di Yaman," tulis Direktur Eksekutif WFP, Cindy McCain, di akun X-nya.

Ia menambahkan, pria berusia 40 tahun bergabung dengan organisasi kemanusiaan tersebut pada 2017. Dia berperan penting dalam misi penyaluran bantuan pangan penyelamat nyawa. Ahmed meninggalkan seorang istri dan dua anak.

1. PBB hentikan sementara semua operasi bantuan di Saada karena masalah keamanan

Pengumuman ini disampaikan sehari setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan akan menangguhkan semua operasi bantuan di wilayah utara Saada, basis gerakan Houthi yang didukung Iran, karena masalah keamanan.

PBB mengatakan, keputusan ini diambil setelah Houthi kembali menahan 8 stafnya, termasuk 6 orang di Saada. Sebelumnya, kelompok ini telah menahan lebih dari 60 staf PBB, organisasi nonpemerintah internasional, dan kedutaan asing.

Houthi beberapa kali menuding para pekerja bantuan bekerja sama dengan badan intelijen Barat, sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh komunitas kemanusiaan.

"Langkah luar biasa dan sementara ini bertujuan untuk menyeimbangkan keharusan tetap hadir dan menyalurkan bantuan dengan kebutuhan untuk menjamin keselamatan serta keamanan personel PBB dan mitranya," kata juru bicara PBB, Farhan Haq.

Bulan lalu, PBB menyatakan bahwa mereka terus berusaha bernegosiasi dengan pejabat senior Houthi demi memastikan pembebasan seluruh stafnya yang ditahan.

2. Lebih dari 19 juta orang di Yaman butuh bantuan kemanusiaan pada 2025

Yaman dilanda krisis akibat perang saudara yang pecah pada 2014, ketika Houthi merebut wilayah barat laut dari pemerintah yang diakui oleh internasional.

Sebagai tanggapan, koalisi yang dipimpin Arab Saudi, dengan dukungan Amerika Serikat (AS) dan Inggris melakukan intervensi untuk memulihkan pemerintahan tersebut.

Dilansir dari Al Jazeera, pertempuran itu menyebabkan lebih dari 150 ribu orang tewas dan memicu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan 4,8 juta orang mengungsi.

Menurut PBB, lebih dari 19 juta orang di Yaman diperkirakan akan membutuhkan bantuan kemanusiaan tahun ini akibat guncangan iklim, kekurangan gizi, kolera, dan tekanan ekonomi akibat perang.

3. Houthi dituduh kerap halangi penyaluran bantuan

Meski berperan penting dalam menyalurkan bantuan, badan-badan PBB sering mengalami kesulitan dalam menjangkau masyarakat di daerah terpencil.

Pejabat Houthi juga dilaporkan berulang kali menghalangi penyaluran bantuan kemanusiaan. Kelompok hak asasi manusia menuduh kelompok tersebut melakukan penculikan, penyiksaan dan penahanan sewenang-wenang terhadap ratusan warga sipil, dilansir dari BBC.

Pada Juni 2024, Houthi mengklaim telah membongkar jaringan mata-mata Amerika-Israel setelah menahan 13 staf PBB, lebih dari 50 pekerja LSM dan seorang staf kedutaan. Kepala Hak Asasi Manusia PBB menyebut tuduhan itu tidak berdasar. 

Bulan lalu, Presiden AS, Donald Trump, memasukkan kembali Houthi ke dalam daftar organisasi teroris asing di negaranya atas serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal yang melintas di Laut Merah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah