Ilustrasi seorang petugas yang melakukan tes usap. Unsplash/JC Gellidon
Virus corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, telah bermutasi dan menghasilkan beberapa strain baru. Dalam kasus strain Inggris, virus disebut para ahli lebih menular dari yang aslinya. Demikian juga halnya dengan varian asal Afrika Selatan.
Namun begitu, menurut pejabat Kementerian Kesehatan Publik Inggris, Susan Hopkins, varian baru dari Afrika Selatan sangat berbeda dengan strain baru yang muncul di Negeri Ratu Elizabeth. “Virus itu memiliki mutasi yang berbeda,” kata Hopkins.
“Keduanya kelihatan lebih mudah menular (dari manusia ke manusia lain). Kami memiliki bukti mengenai transmisi galur baru yang muncul di Inggris, karena kami tengah mempelajari secara detail bersama mitra di kampus,” tutur dia lagi.
Sementara terkait strain baru yang ditemukan di Jepang, hingga kini belum ada informasi tambahan mengenai jenis tersebut. Institut Penyakit Menular Nasional (NIID) negara itu mengatakan sulit untuk menilai penularan strain, risiko timbulnya gejala serius dan efektivitas vaksin atas varian baru ini.
Meski demikian, Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang telah melaporkan varian baru tersebut ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).