Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
businessinsider.com

Aksi kekesaran, terorisme dan pengeboman kerap kali terjadi. Para pelaku seolah menikmati apa yang mereka lakukan. Seakan mereka senang melihat air mata bercucuran, dan menari-nari di atas penderitaan orang lain.

Dilansir The Guardian, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom yang diledakkan melalui truk besar pada hari Rabu 27 Juli 2016 waktu setempat. Bom yang diledakkan di timur laut Qamishli, dekat perbatasan Turki ini menewaskan hampir 50 orang. Serangan yang menghantam markas pasukan Kurdi ini menjadi serangan yang paling mematikan selama bertahun-tahun.

Pengamat Hak Asasi Manusia yang berasal dari Inggris menyatakan ledakan tersebut menewaskan 50 orang, tetapi diperkirakan dapat terus bertambah karena meningkatnya korban jumlah luka parah.

Pasukan Kurdi mengontrol provinsi Hasaka usai mereka memperluas wilayah dari pemberontak tahun lalu. Pasukan militan YGP Kurdi menyatakan hal tersebut bukti efektifnya kerja sama dengan koalisi Amerika untuk melawan ISIS. Ini juga bukan kali pertama ISIS melancarkan aksinya karena mereka sudah melakukan beberapa kali pengeboman di Qamishli, Hasaka, Suriah.

Target utamanya adalah pasukan Kurdi.

Dalam aksi terorisme ini, 100 orang dikabarkan cidera. Laporan tersebut mengatakan bahwa jumlah korban jiwa itu masih perhitungan awal. Pemerintah di Qamishli mendesak orang agar menyumbangkan darah untuk para korban yang cidera. Banyak korban cidera berada dalam kondisi kritis.

Qamishli menjadi sasaran empuk teroris ISIS karena kebanyakan dikuasai oleh orang Kurdi. Wilayah ini juga sangat sensitif dengan serangan karena permusuhan dan bentrokan.

ISIS mengatakan seorang pembom bunuh diri meledakkan truk yang berisi peledak di satu kompleks keamanan Pasukan Keamanan Kurdi, Assayish, di Permukiman Qamishli Barat. Ledakan yang terjadi amat dahsyat hingga memecahkan kaca jendela toko-toko yang terletak di Nusyabin, kota yang terletak di Turki. Seperti diketahui, Kota Qamishli terletak di tepi perbatasan Suriah dengan Turki.

Banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan.

Seorang saksi bernama Omar mengatakan bahwa istri dan kedua anaknya mengalami luka-luka dalam ledakan itu. Rumahnya juga hancur berkeping-keping. Dia juga mengatakan bahwa sejumlah keluarganya di pemukiman itu tersebut juga hilang dan mereka kemungkinan besar tertimbun reruntuhan bangunan.

Editorial Team

EditorRizal