Potret dua maskot Olimpiade Tokyo 2021. Twitter.com/Tokyo2020
Di sisi lain, meski suvenir Olimpiade banyak diburu oleh masyarakat Jepang, media The New York Times justru menyoroti rendahnya antusiasme yang ditujukan pada dua maskot Olimpiade Tokyo, yakni Miraitowa dan Someity. Walaupun kedua maskot itu berada dimana-mana untuk dijual, pakar justru menilai bahwa kehadirannya kurang dapat menarik minat diantara jenis suvenir lainnya, serta dianggap kalah bersaing bila dibandingkan dengan ribuan maskot di Jepang yang telah lebih dulu meraih popularitas. Salah satu faktor umum juga mengatakan alasan dibalik rendahnya minat tersebut adalah karena sulitnya nama kedua maskot untuk dapat diingat. “Bagi kami orang tua, sulit untuk mengikuti nama-nama semua maskot berbeda yang terus bermunculan,” kata Hiroyuki Nakamura, yang berbelanja di toko suvenir Olimpiade di Tokyo bersama putrinya.
Nama Miraitowa sendiri adalah campuran dari kata "masa depan" dan "keabadian." Sementara Someity adalah gabungan dari nama jenis pohon ceri yang populer di Jepang dan plesetan frasa "perkasa" dalam bahasa Inggris. Kedua maskot tersebut telah diperkenalkan sejak dua tahun lalu, dimana Miraitowa ditunjuk sebagai maskot Olimpiade dan Someity mewakili Paralimpiade. Seorang juru bicara Olimpiade Tokyo pernah mengatakan kepada Kyodo News pada tahun 2018, bahwa lisensi yang terkait dengan maskot dan "lambang Olimpiade" lainnya diharapkan dapat menghasilkan pendapatan yang setara dengan sekitar $126 juta. Hingga kini pun, perkiraan itu masih belum berubah mengingat data resmi penjualan merchandise yang belum tersedia.