Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi lockdown (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi lockdown (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Sejak 2022, Taiwan telah melaporkan ribuan infeksi baru COVID-19 yang didominasi oleh varian Omicron. Taiwan sampai saat ini masih memiliki aturan ketat pengendalian penyebaran wabah COVID dengan isolasi 10 hari bagi mereka yang memasuki wilayah tersebut.

Meski begitu, Taiwan telah berusaha menerapkan kebijakan pengendalian bertahap. Dalam sebuah kesempatan pada Minggu (30/4/22), Perdana Menteri (PM) Taiwan, Su Tseng-chang, mengatakan tidak akan seperti China yang menggunakan cara kejam dalam melakukan penguncian.

Dalam satu bulan terakhir, China sangat fokus mengendalikan wabah virus Corona khususnya di Shanghai. Penguncian ketat dan pengujian massal dilakukan untuk menghentikan sebaran virus. Aturan ketat juga merembet ke ibu kota Beijing.

1. Taiwan kritik strategi penguncian China

ilustrasi Shanghai (Unsplash.com/zhang kaiyv)

Strategi pengendalian wabah COVID-19 Taiwan yang ketat telah banyak dipuji oleh dunia. Strategi tersebut membuat Taiwan terhindar dari bencana yang terlalu merusak. Tapi lonjakan infeksi domestik yang didominasi varian Omicron awal tahun ini mulai dirasakan oleh Taiwan.

Dengan tingkat vaksinasi yang tinggi dan sebagian besar orang yang terinfeksi hanya memiliki gejala ringan, Taiwan telah secara bertahap melonggarkan batasannya. Taiwan berusaha menciptakan normal baru untuk penduduknya yang berjumlah sekitar 23 juta orang.

Dikutip dari Reuters, China, melakukan langkah yang sebaliknya. Negara tetangga Taiwan itu telah menerapkan penguncian ketat untuk Shanghai. Saat berkunjung ke Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan, PM Su mengatakan "kami tidak akan mengunci negara dan kota-kota sekejam China."

2. Aturan COVID-19 mulai dilonggarkan di Shanghai

Sejak Maret, China sibuk mengendalikan penyebaran wabah COVID-19, khususnya di kota dengan populasi terpadat Shanghai. Selama beberapa minggu, kota itu mengalami penguncian yang membuat banyak warganya melakukan protes.

Menurut Deutsche Welle, Shanghai telah mencatat 400 kematian akibat COVID-19 dan masih ada perdebatan tentang data jumlah kematian sebenarnya. Penduduk telah menghadapi penguncian ketat, tidak boleh meninggalkan rumah kecuali kedaaan darurat medis.

Namun pada Minggu, pemerintah telah mulai melonggarkan penguncian itu. Penduduk Shanghai diizinkan keluar sebentar untuk mendapatkan udara segar dan sinar matahari usai tidak ada kasus baru yang dilaporkan di luar zona karantina.

Dikutip dari BBC, pada awal April, kasus di Shanghai pernah mencapai 13 ribu infeksi per hari. Menurut beberapa standar internasional, kemungkinan bahkan kasus tersebut jumlahnya lebih besar lagi.

Sebagai pusat keuangan yang penting di China, penguncian menyeluruh terhadap Shanghai telah menjadi salah satu pukulan tersendiri. Kota itu diketahui kota paling padat dan pertama dikuci secara keseluruhan.

3. Beijing menerapkan aturan ketat nol-COVID-19

ilustrasi Beijing (Pexels,com/Magda Ehlers)

Sebagai salah satu kota pusat keuangan yang penting, Shanghai jelas terhubung dengan kota-kota besar lain di China, khususnya ibu kota Beijing. Dengan pelonggaran baru yang mulai dibuka di Shanghai, Beijing justru semakin memperketat aturan pengendalian penyebaran wabah COVID-19.

Menurut BBC, penduduk Beijing saat ini harus bisa membuktikan bahwa mereka benar-benar negatif COVID-19 sebelum memasuki ruang publik. Belum jelas sampai kapan pengetatan aturan akan berlaku. Penduduk Beijing juga akan dimintai bukti tes negatif saat naik angkutan umum mulai tanggal 5 Mei.

Virus COVID-19 yang pertama kali mulai terdeteksi di Wuhan, China, telah menjadi wabah yang membuat hampir semua negara terkena dampaknya. China menjalankan strategi ketat nol-COVID demi membasmi virus secara tuntas.

Salah satu metode yang diterapkan adalah penguncian ketat sebuah kota meski dengan populasi yang padat. Cara itu kadang menyebabkan kemarahan publik terhadap pihak berwenang meski protes jarang terjadi di China.

Beijing saat ini memasuki awal libur lima hari untuk Hari Buruh. Tapi dengan pengetatan aturan, jalan-jalan di Beijing sepi. Seorang pekerja keuangan mengatakan "Anda melihat kota yang dulunya ramai dan sekarang kosong. Anda pasti bertanya-tanya bagaimana orang-orang ini bisa bertahan hidup."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team