Bunga Poppy, bahan baku opium yang diekstrak sebagai morfin dan heroin. (Unsplash.com/ Ingo Doerrie)
Bagaimana Tajikistan bisa menjadi negara transit heroin ilegal?
Di bagian utara dan barat, Tajikistan berbatasan dengan Uzbekistan. Di utara dan timur, negara itu berbatasan dengan Kirgistan dan China. Di bagian selatan, Tajikistan berbatasan dengan Afghanistan.
Dari jalur selatan inilah, Tajikistan mendapatkan banyak keuntungan dari perdagangan heroin ilegal. Afghanistan yang bergolak ketika AS memburu pemimpin al-Qaida, membuat kelompok Taliban mendapatkan pendanaan dari pertanian opium yang menghasilkan heroin.
Salah satu cara mengeluarkan narkoba itu dengan menyelundupkannya ke Tajikistan. Menurut Politico, lebih dari 80 persen ekspor heroin Afghanistan ke Rusia dan Eropa lewat negara ini. Hebatnya, transit narkoba itu memberikan pemasukan sekitar 30 persen PDB Tajikistan.
Untuk mengatasi Taliban supaya tidak mendapat pendanaan dari penjualan narkoba, AS membantu Tajikistan ratusan juta dolar sejak 2001 guna melatih dan mempersenjatai unit militer serta polisi khusus. Tujuannya, menghentikan penyelundupan narkoba Afghanistan ke Tajikistan.
Sayangnya, salah satu masalah utama di Tajikistan bukanlah narkoba, tapi kepemimpinan diktator Presiden Emomali Rahmon. Rahmon berkuasa sejak tahun 1992 dan sampai saat ini dia masih memegang jabatan itu.
Di bawah Rahmon, Tajikistan memiliki serangkaian pelanggaran HAM. Tapi pasukan militer dan polisi yang diberi bantuan AS untuk menghentikan perdagangan narkoba, adalah aktor yang sama yang melakukan pengekangan terhadap kebebasan berpendapat kelompok oposisi pro-demokrasi Tajik.
Karena itu, oleh aktivis Tajik Muhiddin Kabiri, bantuan AS itu justru menguntungkan pemerintah diktator Tajikistan. Hak asasi manusia, demokrasi, pemilihan umum yang bebas justru menjadi persoalan yang diperbicangkan hanya di permukaan. Bantuan AS untuk militer dan polisi Tajikistan, semakin memperkuat posisi penguasa.