Jakarta, IDN Times - Sejak meletusnya perang di Gaza, anak-anak muda Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem telah membatasi aktivitas digital mereka demi menghindari serangan dan intimidasi oleh pasukan Israel. Hal ini terungkap dalam laporan terbaru The Arab Center for the Advancement of Social Media, atau yang juga dikenal sebagai 7amleh.
Banyak warga Palestina mengaku mengalami sejumlah masalah, seperti penyensoran, akses internet yang terbatas, dan penghapusan unggahan, yang membuat mereka enggan menggunakan media sosial. 7amleh menyebut tindakan “self-censor” ini sebagai aspek yang mengkhawatirkan dari realitas digital yang dihadapi anak muda Palestina.
Laporan tersebut mengidentifikasi pendudukan Israel, platform digital, otoritas Palestina, serta individu dan perusahaan swasta, sebagai pelanggar hak digital terhadap warga Palestina.
"Penelitian ini mengonfirmasi ekspektasi kami terhadap realitas hak-hak digital generasi muda Palestina, di mana rasa aman dalam dunia digital telah memburuk hingga ke titik di mana rasa takut dan sensor diri telah merajalela," kata Jalal Abukhater, manajer advokasi 7amleh, kepada The New Arab.