Dari tujuh pilot tempur yang dibunuh Taliban, mereka semua meninggal di luar pangkalan militernya. Investigasi tentang kematian mereka belum pernah dilaporkan sebelumnya. Menurut laporan khusus yang ditulis oleh tiga jurnalis Reuters, Phil Stewart, Idris Ali dan Hamid Shalizi, hanya dua nama yang berhasil di konfirmasi secara langsung sedangkan lima pilot tempur lain yang terbunuh belum dapat diverifikasi secara independen.
Teror pembunuhan yang tertarget yang dilakukan oleh Taliban, sebenarnya telah lama diketahui oleh para pilot tempur. Beberapa pilot tersebut telah berusaha bersembunyi untuk menghindari perburuan atau bahkan memilih untuk melarikan diri ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, agar selamat dari upaya pembunuhan.
Salah satu pilot yang berhasil keluar dari Afghanistan bernama Mayor Asadi. Dia seorang pilot dari komunitas minoritas Hazara, sebuah komunitas yang sering ditargetkan oleh Taliban, bahkan juga sering mendapatkan diskriminasi dari penguasa Afghanistan.
Dalam penelusuran yang dilakukan oleh New York Times, Mayor Asadi berhasil melarikan diri ke Amerika Serikat bersama istri dan seorang anaknya, Zainab, yang berusia lima tahun. Ia merasakan takut saat Taliban mengunggah foto dirinya di media daring dengan tulisan "Temukan dan Bunuh Dia."
Ada kontroversi berhasilnya Mayor Asadi pergi ke AS. Dia dianggap melakukan desersi dan melarikan diri dari melayani tanah airnya. Tapi dia membela diri bahwa dia telah memenuhi komitmen 10 tahun sebagai militer, dengan delapan tahun menjadi pilot.
Selama menjadi pilot tempur, ia membawa helikopter MD-530 bersenjata dengan catatan 3.000 jam terbang dan misi tempur yang tak terhitung jumlahnya. "Saya tidak melakukan kesalahan apa pun," katanya.
Salah satu misi yang pernah Asadi lakukan adalah menyelamatkan seorang pilot Angkatan Udara AS yang jatuh di Afghanistan utara hingga ia diselamatkan. “Ini adalah salah satu peristiwa yang tak terhitung jumlahnya di mana tindakan Mayor Asadi telah melindungi dan menyelamatkan nyawa,” tulis Kapten Yost, pasukan AS.
Selain Asadi, ada lagi pilot tempur Afghanistan yang melarikan diri ke AS. Dia bernama Niloofar Rahmani, berusia 28 tahun. Dia adalah pilot wanita pertama Afghanistan dan teman sekelas Asadi di sekolah penerbangan. Dia mendapatkan suaka di AS pada tahun 2018 lalu usai diancam akan dibunuh oleh Taliban.