Jakarta, IDN Times – Terakhir kali Taliban berkuasa pada 1996 hingga 2001, perempuan Afghanistan umumnya tidak diizinkan untuk meninggalkan rumah, kecuali dalam kondisi yang ditentukan secara terbatas. Mereka yang melanggar berisiko dipukuli, disiksa, atau bahkan dieksekusi.
Namun, sejak menaklukkan Kabul sembilan hari lalu, dalam berbagai kesempatan Taliban selalu meyakinkan masyarakat bahwa mereka akan memimpin Afghanistan dengan cara yang berbeda. Perempuan akan diizinkan bekerja dan bersekolah, sebatas tidak melanggar penafsiran mereka atas hukum Islam.
Dilansir dari New York Times, Taliban mengaku belum bisa mengimplementasikan janji itu karena masih banyak militan yang terbiasa menyakiti perempuan yang beraktivitas di luar rumah.
"Kami khawatir pasukan kami yang baru dan belum terlatih dengan baik akan menganiaya perempuan. Kami tidak ingin pasukan kami melakukannya, Tuhan melarang untuk menyakiti atau melecehkan perempuan,” kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, Selasa (24/8/2021).
“Sampai kami memiliki prosedur baru, gaji mereka (pekerja perempuan) akan dibayarkan di rumah mereka,” tambah dia.